

KARAWANG, RAKA – Elektoral Partai Gerindra meningkat di daerah pemilihan Jawa Barat 10 yang meliputi Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.
Hasil simulasi pemilu yang dilakukan Radar Karawang di Kabupaten Karawang dan Purwakarta menunjukkan, Partai Gerindra memperoleh 21,18 persen suara, disusul Partai Golkar yang memperoleh 17,93 suara. Sedangkan PDIP harus puas di urutan ketiga dengan menempati 13,95 persen, disusul PKB yang meraih 11,96 persen.
Yang menarik, dari hasil simulasi, Partai Perindo menyodok di urutan ke-5 dengan memperoleh 5,57 persen, mengungguli Partai Demokrat yang mendapatkan 4,62 persen, Nasdem 4,48 persen, PAN 4,30 persen dan PKS 4,26 persen. Sementara PPP, memperoleh 3,49 persen disusul Hanura 2,49 persen, Berkarya 2,13 persen, PBB 2,13 persen, PSI 1,45 persen, PKP 0.09. Tragisnya, partai Garuda tidak memperoleh satu pun suara, karena tidak ada calegnya.
Sementara itu, masih hasil simulasi Radar Karawang, DPRD Provinsi Jabar di dapil 10, berpotensi memunculkan nama-nama baru, seperti Sri Rahayu Agustina dari Golkar, Sarif Hidayat dari Golkar, Rahmat Hidayat Djati dari PKB dan Ihsanudin dari Gerindra. Nama-nama caleg debutan ini memiliki perolehan suara lebih banyak ketimbang sejumlah inkumben seperti Toto Purwanto Sandi dan Saifudin Zukhri. Adapun inkumben yang berpotensi tetap bercokol yaitu Gina Fadlia Suara dan Iis Turniasih.
Pemimpin Redaksi Radar Karawang A Taufiq Hidayat mengatakan, simulasi ini yang kali kedua dilakukan setelah Februari 2019 lalu. Untuk simulasi periode kedua dilakukan pada tanggal 23-24 Maret 2019. “Setelah selesai simulasi pertama pada akhir Januari 2019, kami lakukan simulasi kedua pada akhir Maret lalu,” katanya, Rabu (3/4).
Menurut Taufiq, pada simulasi kedua ini, jumlah sampel lebih banyak. Pihaknya mengambil sampel, 0,14 persen dari jumlah daftar pemilih tetap. Di Karawang, disebar sebanyak 2.338 surat suara dan Purwakarta disebar 962 surat suara. Total 3.300 sampel di dua kabupaten. “Tentunya dengan penambahan sampel ini tingkat akurasinya lebih tinggi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, surat suara didistribusikan secara acak ke setiap wilayah di Karawang dan Purwakarta yang menyasar seluruh segmen pemilih, mulai dari pemilih pemula, pemilih manula, dengan berbagai latar pekerjaan. “Sasaranya meawakili berbagai segmen masyarakat,” imbuhnya.
Taufiq mengatakan, pihaknya ingin memberikan sajian berbeda kepada pembaca sekaligus sebagai pendidikan politik bagi masyarakat. Karena hasil temuan di lapangan, masih banyak masyarakat yang belum tahu tatacara pencoblosan. Maka tak heran, dari hasil simulasi ini banyak ditemukan surat suara blanko. Masih banyak ditemukan pemilih yang mencoblos di luar tempat yang ditentukan. “Tingkat kesalahan pencoblosannya juga tinggi. Terus ada masyarakat yang tidak tahu figur-figur caleg, ada juga yang dipusingkan dengan banyaknya surat suara yang harus dicoblos,” tuturnya.
Ditambahkannya, pelaksanaan simulasi tidak melulu mengukur tingkat elektoral peserta kontestasi, tapi juga bisa dijadikan bahan evaluasi bagi penyelenggara pemilu. Menurutnya, perlu dilakukan sosialisasi yang masif terkait tatacara pencoblosan karena jumlah suara yang tidak sah masih cukup tinggi. “Tidak sedikit kertas suara yang dicoblos tidak sah. Sehingga banyak suara mubazir,” tambahnya.
Taufiq menambahkan, Radar Karawang tak hanya melakukan simulasi pemilihan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, namun juga melakukan simulasi untuk DPR RI dan pemilihan presiden. “Nanti akan ditayangkan secara bergiliran, sekarang DPRD provinsi, besok DPR RI dan terakhir Pilpres,” pungkasnya. (asy)
