TUNTUT GANTI RUGI: Petani mengaku dirugikan akibat kemarau panjang dan kekeringan.
Sawah Kering, Petani Minta Ganti Rugi
KARAWANG, RAKA – Sejumlah petani di wilayah Pakisjaya mendatangi kantor Dinas Pertanian Karawang. Kedatangan para petani bersama Serikat Petani Karwang (Sepetak) meminta agar ada ganti rugi akibat kekeringan.
Wahyudin, ketua Sepetak mengatakan, ribuan hektare areal pesawahan mengalami kekeringan parah di banyak tempat di Karawang bagian selatan. Parahnya lagi kekeringan juga melanda ribuan hektare areal persawahan teknis yang mana sistem pengairannya menggunakan jaringan irigasi seperti di Kecamatan Pakisjaya. Menurutnya, penyebab kekeringan sawah bukan hanya karena kondisi kemarau panjang. Meski dalam beberapa bulan terakhir tinggi muka air Waduk Jatiluhur terus mengalami penurunan, namun masih berstatus aman bagi pertanian. “Pada saat Pemda Karawang menggelar salat Istisqo, TMA berada pada level 93,16 Mdpl yang artinya sudah di bawah batas normal yakni 94,18 Mdpl. Debit air tersebut masih mampu menyuplai sekurangnya 240 ribu hektare areal persawahan di Kabupaten Karawang, Bekasi, Subang dan sebagian Indramayu, walaupun dengan metoda gilir giring,” paparnya.
Tetapi kenyataannya, kata dia, kekeringan sudah berlangsung sejak hampir tiga bulan lalu dan kini sudah masuk dalam kategori kekeringan ekstrem. Waduk Jatiluhur sendiri merupakan waduk terbesar di Asia Tenggara dengan daya tampung air sebesar 12,9 miliar m3/tahun. Meski daya tampung air demikian besar, tetapi para pemangku kebijakan sumber daya air tidak dapat mengoperasionalkan tata guna air secara efektif dan efisien. Sehingga hampir sepanjang tahun selalu tersiar kabar bencana kekeringan di sejumlah tempat. “Terdapat tiga hal pokok yang menyebabkan kekeringan ekstrem areal persawahan di Kabupaten Karawang,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia bersama para petani meminta agar adanya pengaturan jaringan irigasi yang dinilai buruk dan kurang mendapatkan perhatian. Kondisi saluran terbuka irigasi ini diperparah dengan tumpukan sampah di banyak titik. “Penurunan kualitas irigasi tersebut, tentunya akan mempengaruhi kecepatan aliran rata-rata air menuju sawah, sehingga derajat kehilangan air akan jauh lebih besar, baik disebabkan oleh rembesan maupun faktor evaporasi,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, kebijakan tata kelola air Jatiluhur berada di tangan perusahaan bernama Perum Jasa Tirta (PJT). Sebagai sebuah perusahaan, PJT dituntut untuk berperan mengakumulasi kapital. Saluran irigasi Kali Malang adalah cermin dari operasional bisnis sumber daya air. Kemudian juga masalah tersebut karena tata agraria. “Pemerintahan Cellica telah gagal dalam mendorong kemajuan sistem pertanian teknis kita. Tata guna air bagi kepentingan pertanian sejak dulu sudah memiliki pedoman acuan golongan air dengan lima golongan jadwal tanam. Pada kenyataannya, dengan tanpa adanya kepastian jadwal tanam telah memicu semerawutnya tata guna air yang dipaksakan memasok areal persawahan sekurangnya di 12 golongan tanam,” terangnya.
Di tempat yang sama, Engkos Kosasih, Sekjen Sepetak mengatakan, dalam pertemuan bersama Dinas Pertanian itu, pihaknya meminta komitmen dari dinas pertanian terkait jadwal tanam agar kembali menerapkan jadwal tanam sehingga golongan air bisa dilaksanakan dengan optimal. “Memastikan golongan air menjadi lima golongan. Memastikan bahwa pada hari Kamis air harus sudah bisa masuk ke petakan sawah,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga meminta agar para petani diberikan ganti rugi akibat kekeringan yang terjadi. Baik yang terdaftar asuransi ataupun yang belum terdaftar. “Membuatkan data berapa yang kerugian lalu disampaikan ke bupati dan kami akan menagihnya,” ucap dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Hanafi mengatakan, kesimpulan dari pertemuan bersama Sepetak diantaranya menertibkan jadwal tanam berdasarkan golongan air. Memastikan paling lambat hari Kamis air masuk ke sawah. Mengaktifkan kembali irigasi dan mengganti kerugian petani akibat kekeringan. “Soal ganti rugi akan disampaikan ke bupati. Untuk masalah air kita sudah langsung turun mengecek. Tidak semuanya tidak sesuai dengan jadwal tanam,” ujarnya. (nce)