Hari Santri Banyak Makna Sejarah

Riyan Haqi Khoerul Anwar
PURWAKARTA, RAKA – Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Naudhatul Ulama (IPNU) Kabupaten Purwakarta Riyan Haqi Khoerul Anwar ingatkan peringatan hari santri bukan hanya tentang seremonial belaka. Ia menyebut setiap santri harus menyelami nilai historis santri dan NKRI. “santri tak hanya merujuk pada komunitas tertentu, tetapi merujuk mereka yang dalam tubuhnya mengalir darah Merah Putih dan tarikan napas kehidupannya terpancar kalimat la ilaha illa Allah,” terangnya.
Ia juga menjelaskan, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri mengacu pada peristiwa yang terjadi pada tanggal yang sama tahun 1945. Perjuangan KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto menciptakan organisasi Islam sangat berperan penting dalam perjalanan bangsa. ”Mereka merupakan tokoh yang memiliki komitmen Islam dan komitmen kebangsaan yang luar biasa. Hal inilah yang harus terus kita kenang dan ambil pembelajarannya,” kata Riyan.
Saat itu, lanjut Riyan, Hasyim Asy’ari yang menjabat sebagai Rais Akbar PBNU menetapkan Resolusi Jihad melawan pasukan kolonial di Surabaya, Jawa Timur. “Pada akhirnya, resolusi ini membawa pengaruh yang besar. Bahkan, ada dampak besar setelah Hasyim Asy’ari menyerukan resolusi ini. Hal ini kemudian membuat rakyat dan santri melakukan perlawanan sengit dalam pertempuran di Surabaya. Banyak santri dan massa yang aktif terlibat dalam pertempuran ini,” paparnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hari santri merupakan sebuah pemaknaan sejarah yang otentik, ketika perjuangan bangsa dibangun di atas keikhlasan dan ketulusan para santri yang berpaham merah putih. “Santri dan semangat kebangsaan tidak dapat dipisahkan, karena itu bicara soal perjuangan bangsa, bicara juga soal kontribusi santri,” pungkasnya. (ris)