48 Tahun Tarik Becak
Warga Kertasari, Saiman
RENGASDENGKLOK, RAKA – Sudah puluhan tahun Saiman (65) warga Dusun Krajan A, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, bekerja sebagai penarik becak di Pasar Rengasdengklok, yang masih bertahan di tengah keramaian transportasi.
Tak ada alasan lain, kecuali untuk menafkahi keluraga yang membuat pria kelahiran 1954 itu terus bertahan sebagi tukang becak. Walaupun dirinya ingin beralih profesi sebagai pedagang, tapi tak memiliki modal untuk berjualan. “Kalau kayak makanan itu sudah bosan tapi tetap dimakan saja,” jelas Saiman kepada Radar Karawang.
Tahun 1978, Saiman mengawali karirnya menjadi tukang becak, dan waktu itu harga kendaraan roda tiga masih kisaran Rp45 ribu. Namun Saiman tak mampu untuk membelinya, sebab harga Rp45 ribu itu masih terbilang tinggi pada zamannya. Saiman pun memilih untuk menyewa becak dengan harga Rp100 per hari. “Setoran itu tidak sampai Rp100, paling Rp15 perak, Rp25 perak sampai Rp50 perak, sekarang ini kalau nyewa becak sudah sampai Rp5000 per hari, tapi sekarang sudah jarang yang nyewa,” katanya.
Tahun 1999, Saiman pun memberanikan untuk membeli becak dengan harga Rp700 ribu. Sementara tahun 90an peminat becak masih terbilang ramai, berbeda dengan tahun 2010 sampai sekarang penghasilannya terus menurun. Pihaknya mengaku saat ini setiap hari hanya menunggu penumpang di antara Puskesmas Rengasdengklok dan SMPN 1 Rengasdengklok, sebab kondisi badannya sudah mulai menua. “Sekarang paling dapat Rp20 ribu sampai Rp30 ribu, bahkan tidak dapat sama sekali,” ujarnya.
Selama 48 tahun, Saiman mengayuh becak, bukan tanpa hambatan, dirinya pun kerap mendapat penumpang yang jahil alias kabur tidak mau membayar. Ia sempat ingin berhenti menjadi tukang becak karena usia yang semakin tua. Namun, Saiman tidak mengetahui akan bekerja apa jika tidak menjadi tukang becak. “Mau usaha apalagi, sedangkan risiko keluarga harus dipenuhi, paling tidak untuk membeli beras,” pungkasnya. (mra)