Emak-emak Tabah Hadapi Banjir
TETAP CERIA: Para ibu korban banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, terlihat masih bisa tersenyum dan ceria, meski rumahnya terendam berhari-hari.
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Banjir sejatinya adalah sebuah musibah, meski demikian bukan berarti harus terus-menerus berduka. Ada hikmah yang bisa diambil saat musibah yang melanda. Jika dihadapi dengan lapang dada tentunya akan membuat hati jadi ceria. Emak-emak Desa Karangligar yang dilanda banjir nampaknya sudah memahami betul hal tersebut. “Musibah ya disyukuri lah apa keadaannya, yang ada ceria saja lah gitu,” Ungkap Sani (48) salah satu emak-emak di Dusun Kampek, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, kemarin.
Hal senada diungkapkan oleh Engkay (43). Dia mengatakan setiap musibah pasti ada suka dan duka. Dia syukuri adalah saat musibah terjadi masih ada tetangga yang tidak terendam banjir, dan mau menolong untuk dijadikan tempat mengungsi. Selain itu banyak relawan yang datang membawa bantuan atau sekadar menghibur warga. “Kayak gini tuh banyak orang-orang jadinya terhibur, buat anak-anak, buat ibu rumah tangga juga,” tuturnya.
Sebagai ibu rumah tangga, Engkay juga menceritakan saat banjir datang ada beberapa barang yang mesti diselamatkan, yakni berkas-berkas penting, pakaian, dan barang elektronik. Semua itu dia simpan rapih di tempat yang lebih tinggi agar aman dari rendaman banjir. “Kalau baju ada dua, yang dibawa buat ngungsi dan yang disimpan di rumah di atas,” ceritanya.
Kepedulian masyarakat juga menjadi faktor utama bagi para korban banjir, untuk dapat tetap ceria dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Bantuan yang datang tentunya bisa melegakan pikiran emak-emak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya saat mengungsi, baik itu keperluan pangan, keperluan anak-anak, maupun keperluan rumah tangga lainnya. “Pengepelan ada, beras juga ada, apalagi makanan, Alhamdulillah,” ujar warga lainnya Enar (40).
Hikmah dibalik musibah ini juga dirasakan warga yang tidak terdampak banjir, dan rumahnya dijadikan tempat mengungsi. Yulinar (23) misalnya, sudah seminggu di membantu tetangganya menyediakan tempat tidur, dan keperluan lainnya yang bisa dia berikan. Ia sama sekali tidak merasa terbebani bahkan merasa senang bisa turut membantu. “Alhamdulillah kan rumah jadi ramai, kalau mereka dapat bantuan makanan juga suka berbagi gak dimakan sendiri,” pungkasnya. (cr5)