Tak Sekadar Mengangkat Odong-odong
BERAKSI DI DEPAN KANTOR PEMKAB: Sejumlah seniman odong-odong beraksi di depan kantor Pemerintah Kabupaten Karawang, kemarin. Mereka ingin agar odong-odong tetap lestari.
Ada Tarian Khas yang Harus Dikuasai
KARAWANG, RAKA – Masyarakat Sunda khususnya warga Karawang tentu tak asing dengan kesenian odong-odong. Kesenian turun temurun ini biasa kita temukan dalam sebuah acara hajatan, terutama perayaan khitanan seorang anak. Menunggangi odong-odong dan diangkat cukup tinggi tentunya menjadi hiburan tersendiri, bahkan hanya sekadar menyaksikannya sekalipun.
Ketua Odong-odong Putra Singa Muda, Majalaya, Idan (32) menuturkan odong-odong terbagi kepada dua macam, yakni odong-odong asli berbentuk singa atau biasa juga disebut sisingaan. Adapula odong-odong variasi dari yang biasanya dengan kepala burung atau naga. Setiap odong-odong dipikul oleh empat orang di setiap sisi. Timnya sendiri saat ini ada 12 pemikul yang kesemuanya laki-laki.
Ia menjelaskan pemikul bukan sekadar mangangkat odong-odong yang ditunggangi, melainkan juga harus menari seiring lagu yang dimainkan. Mereka biasanya sudah menyiapkan dua koreografi tarian, satu untuk lagu dangdut satunya lagi untuk lagu Sunda. Meskipun penghasilan pemikul odong-odong tak seberapa, namun ia sendiri tetap menikmati sebab dapat menghibur masyarakat dan melestarikan kesenian Sunda. “Jangan sampai punah, harus dilestarikan,” tuturnya.
Idan sendiri telah bekecimpung sebagai pemikul odong-odong sejak 10 tahun yang lalu, lima tahun belajar dengan grup lain sampai akhirnya bisa membuat grup sendiri. Saat awal belajar ia hanya mengikuti gerakan-gerkan pemikul lainnya, sampai akhirnya ia punya gerakan sendiri untuk grupnya. Tapi ia sendiri mengaku belum pernah cedera sebab selalu mempersiapkan diri sebelum berlatih atau pentas. “Sekali pentas (bayarannya) tergantung pikulan, misalkan sepaket lima pikulan sekitar Rp8 juta untuk dibagi ke para pemikul lima odong-odong,” ungkapnya saat ditanya penghasilan odong-odong.
Salah satu pemikul odong-odong, Slamet Mulyana (25) mengaku telah lima tahun menggeluti pekerjaannya itu. Awalnya memang karena ia saat itu tidak memiliki pekerjaan, namun ia sendiri mengaku menyukai odong-odong. Menurutnya yang paling dinikmati menjadi pemikul odong-odong adalah jogetannya bersama rekan pemikul lainnya. “Memang ada tariannya, sudah dilatih,” ujarnya.
Slamet mengaku tidak merasa berat memikul odong-odong karena dilakukan bersama dan tentunya sudah terlatih. Hal-hal yang disiapkannya sebelum pentas adalah memastikan kesehatan fisiknya, dan juga tak lupa untuk mengisi perut terlebih dahulu. Selain itu tentu juga ia menyiapkan kostum dan odong-odongnya. “Alhamdulillah selama ini belum pernah jatuh,” pungkasnya. (din)