Gagap Tidak Ada Obatnya Tapi Bisa Dicegah

CIKAMPEK, RAKA – Stuttering atau kita biasa menyebutnya gagap adalah kondisi seseorang yang mengalami ketidaklancaran dalam beribcara. Biasanya kondisi ini ditandai dengan tersendat atau memanjangkan suatu kata saat berbicara.
Terapis wicara di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sentul Aninda Fitri Rahmawati, menjelaskan gagap disebabkan adanya permasalahan pada otak dan saraf yang berkaitan dengan kemampuan bicara seseorang. Selain itu, gagap juga bisa terjadi karena masalah psikogenik dimana orang normal mengalami gagap saat merasa grogi. “Kita nervers atau demam panggung itu bisa juga, ada juga gagap di usia 2 sampai 5 tahun, namun itu termasuk normal sebab dia masih dalan tahap perkembangan dan belajar dari lingkungan untuk berbicara,” terangnya, Minggu (2/8).
Penderita gagap juga memperlihatkan gejala lain saat berbicara, terutama jika kondisi gagapnya cukup parah yang disertai permasalahan motorik. Gejala yang timbul adalah ketegangan pada otot leher mata yang berkedip secara berlebihan, dan berkeringat saat berbicara. Kondisi gagap biasanya bawaan sejak lahir, namun beberapa kasus juga dapat disebabkan kecelakaan yang mempengaruhi kemampuan berbicara. Aninda mengatakan, sampai saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan gagap, namun terapi bicara bisa meminimalisir kegagapan atau mencegahnya semakin parah. Terapi wicara untuk penderita gagap juga biasanya dikolaborasikan dengan pendampingan psikolog sebab kemungkinan gagap yang dialami berkaitan dengan kondisi psikisnya.
Saat berinteraksi dengan orang gagap ada beberapa hal yang mestinya diperhatikan dan sebaiknya dilakukan. Pertama adalah jangan memotong pembicaraan, namun memberi kesempatan untuk mengutarakan apa yang dimaksudnya. Kedua adalah jangan terburu-buru dan juga sebisa mungkin membuatnya merasa santai untuk berbicara. Yang ketiga jangan sering memberi saran tentang cara bicaranya seba hal ini akan menekan psikisnya. “Misal kita lagi ngobrol sama yang gagap, terus bilang coba deh kamu atur nafas dulu, nah itu salah dan malah membuatnya down, memberi pendampingan dan saran itu sudah ada ahlinya sendiri,” tuturnya.
Orang dengan kondisi gagap cenderung menghindari kontak mata dan mengasingkan diri dari pergaulan sosial. Sebaiknya, kita sebisa mungkin menjaga kontak mata dan bahasa tubuh saat berbicara untuk memberi rasa percaya diri pada mereka. Bagi keluarga, jangan membandingkan anak dengan kondisi gagap dengan kondisi anak lainnya yang normal dalam berbicara. Selain itu jangan meminta untuk mengulangi pembicaraan melainkan sebisa mungkin memahami apa yang mereka katakan. Aninda juga menyampaikan, lingkungan sosial menpengaruhi kondisi kegagapan apakah membaik atau semakin parah. “Semakin dia dirundung, semakin dia di-bully, kondisinya bisa semakin parah, dan kalau merasa diri kalian gagap harus punya keyakinan dan selalu berusaha,” pungkasnya. (din)