Pembukuan BUMDes Harus Transparan

MENGOLAH DATA DESA: Dua orang aparat desa sedang melakukan pengolahan data desa.
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Selain kepala desa Baru, Desa Parungsari pun memeliki direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang baru. Ialah Suharyanta yang meulai menjabat sejak Juni 2020. Selasa (4/8) pagi, ia memaparkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk kemajuan BUMDes Parungsari. “Pertama harus benahi dulu pembukuan BUMDes, harus transparan,” ucapnya.
Suharyanta mengatakan, ia belajar dari laporan kepengurusan BUMDes sebelumnya yang hanya dibuat tahunan. Menurutnya hal tersebut kurang efektif dan mesti dibuat laporan setiap bulannya. Hal ini agar perkembangan BUMDes setiap bulannya dapat diketahui. Jalannya kegiatan setiap bidang usaha dapat terpantau dan itu menjadi pijakan apakah usaha tersebut dapat berlanjut atau sebaiknya dihentikan.
Ia menyadari saat ini memang kepengurusan BUMDes belum melakukan kegiatan, meski demikian koperasi simpan pinjam yang merupakan salah satu program BUMDes masih tetap berjalan. Hal kedua yang dibenahi adalah jangan terlalu banyak aset yang dibeli oleh BUMDes. Anggaran yang ada sebaiknya digunakan untuk modal operasional bergerak dalam menjalankan usaha. “Serah terima kemarin kan banyaknya aset doang, seperti perahu, alat pengelasan, terus internet wifi,” paparnya.
Adapun dana tunai yang diterima dari kepengurusan BUMDes sebelumnya yakni sebesar Rp30 juta. Suharyanta menyampaikan, kedepannya BUMDes akan lebih fokus pada bidang usaha yang tidak memerlukan banyak aset. Selain itu mesti sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, dan tidak mematikan usaha warga yang sudah ada sebelumnya. Salah satu yang terpikirkan di benaknya adalah menjual obat dan urea, mengingat sebagian besar warga Parungsari bermata pencaharian sebagai petani. Iya yakin usaha seperti itu akan berputar dengan baik meskipun penjualannya mesti menunggu waktu tertentu alias musiman. Meski demikian, setidaknya usaha seperti ini dapat membantu para petani dengan memperkenankan pembelian obat atau urea dengan sistem utang. Hal ini karena banyak petani yang terlambat memberi obat pemberantas hama karena menunggu punya uang terlebih dahulu, sehingga produktifitas tani berkurang. Usaha tersebut juga nantinya hanya mengambil satu persen petani di desanya sebagai pelanggan. “Lagian modal kita gak bakal cukup untuk memenuhi kebutuhan semua petani,” ujarnya.
Adapun aset perahu yang dinyatakan rusak oleh pengelola penyeberangan sungai, belum dapat dipastikan apakah akan dijual atau diperbaiki untuk keperluan jika terjadi banjir. Sedangkan alat las yang selama ini pemanfaatannya dengan sistem bagi hasil, kemungkinan akan tetap berjalan namun dalam pemantauan. Begitupun usaha langganan internet akan tetap berjalan karena sudah punya pelanggan tetap. Ia berharap kedepannya BUMDes dapat berjalan dengan baik, bukan hanya memajukan BUMDes itu sendiri, namun juga dapat membantu masyarakat. “Saya belum ada perjuangan, mereka (pengurus BUMDes sebelumnya) sudah berjalan bertahun-tahun, saya menghargai apa yang sudah mereka perjuangkan,” pungkasnya. (din)