Tanamkan Nilai Agama Sejak Dini

SALAT BERJAMAAH: Sejumlah anak-anak dilatih salah berjamaah di sekolah.
KARAWANG, RAKA – Di tengah merosotnya moral generasi muda, pendidikan agama dinilai sebagai benteng yang mampu membendung perilaku negatif. Oleh karena itu, nilai-nilai keagamaan harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Salah seorang praktisi pendidikan Sopyan mengatakan, pendidikan agama jangan dikesampingkan, orang tua harus benar-benar memberikan pemahaman kepada anak soal agama. “Di era sekarang, jangan sampai pendidikan agama dinomorduakan. Harus seimbang antara pendidikan umum dan agama, bahkan seharusnya porsi pendidikan agama lebih banyak,” paparnya.
Kelemahannya, lanjut Sopyan, durasi pendidikan agama di sekolah minim. Untuk menutupinya, diperlukan peran orang tua. Anak bisa diarahkan untuk mengikuti pengajian di masjid atau musala yang tidak jauh dari rumah. “Anak lebih banyak waktu di rumah dari pada di sekolah. Begitupun pendidikan agama di sekolah tidak banyak jamnya. Solusinya orang tua bisa menyelokahkan juga anak ke madrasah atau ikut sertakan di pengajian yang ada di kampung,” paparnya.
Sebelumnya, Koordinator Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Ine Nirmala mengatakan, penanaman nilai keagamaan pada anak usia dini dapat dilakukan dengan pembiasaan seperti membaca doa dalam setiap aktifitas dan ritual ibadah. Metode bernyanyi dan bermain juga dapat dilakukan untuk menanamkan nilai tersebut. Namun yang tidak kalah penting orang tua mesti bisa menjadi contoh dari nilai-nilai tersebut. “Selain pembiasaan, pengembangannya juga melihat dari kebiasaan keluarga atau orang tua di rumah,” ucapnya.
Perlu diingat, anak usia dini di masa tumbuh kembangnya lebih mudah memahami sesuatu dengan cara yang menyenangkan. Metode mendongeng cukup efektif untuk menanamkan nilai keagamaan dan moral. Anak akan mudah menangkap nilai baik dari sebuah cerita yang mengandung pesan-pesan positif. Ia menekankan, nilai keagamaan dan moral merupakan pondasi perkembangan anak. Jika tahapan ini terlewati tidak menutup kemungkinan kelak terjadi penyimpangan dimana ia tidak bisa mengikuti aturan yang ada dan tidak bisa mempertimbangkan mana yang baik dan buruk. “Jadi nanti si perilakunya itu sedikit menyimpang karena pengetahuan agama dan moralnya tidak maksimal, pada pada penanaman pondasinya,” ujarnya. (asy/din)