Cikampek

Mitos Pijat Perut Ibu Hamil

Tenaga Kesehatan Puskesmas Cicinde Utara, Bidan Lina Fatimah

BANYUSARI, RAKA – Kesehatan ibu hamil beserta janin perlu diperhatikan selama masa kehamilan. Namun sayangnya, sejumlah mitos kesehatan berkenaan dengan kehamilan sampai saat ini masih kerap dilakukan oleh masyarakat terutama di daerah pedesaan.

Salah satu mitos kesehatan yang berkembang adalah tradisi memijat perut ibu hamil yang biasanya dilakukan saat usia kehamilan menginjak tujuh bulan. Pijat perut ini kerap dilakukan oleh dukun beranak atau masayarakat Karawang biasa menyebutnya paraji. Pijat tersebut bertujuan untuk meluruskan posisi bayi agar mudah saat proses persalinan.

Tenaga Kesehatan Puskesmas Cicinde Utara Bidan Lina Fatimah, mengatakan mitos tersebut malah memungkinkan terjadinya berbagai gangguan kehamilan. Gerakan pijitan yang memutar janin bisa jadi menyebabkan janin terlilit tali pusar yang malah mempersulit proses persalinan. Hal lainnya yang mungkin terjadi adalah plasenta yang terlepas sehingga janin tidak mendapatkan asupan oksigen dan kehabisan nafas dalam kandungan.

Tekanan saat memijat juga bisa berakibat fatal, tekanan yang kuat bisa memicu kontraksi dini atau bahkan pecah ketuban sehingga kemungkinan bayi akan lahir sebelum waktunya atau prematur. “Hal seperti itu bagi bayinya bahaya, banyak angka kejadian kegawatdaruratan karena hal seperti itu, bahkan ibunya bisa pendarahan juga,” ungkapnya.

Lina menerangkan, janin sebetulnya secara alami akan berputar dengan sendirinya menjelang hari persalinan. Jika pun tenaga kesehatan mendapati posisi janin sungsang, ibu hamil biasanya akan diberikan treatment tertentu agar posisi janin normal namun dengan metode yang juga alami, bukan dipaksakan seperti dipijat. “Ada trik khusus kok, jadi biarkan dia dengan sendirinya, kalau ada kewaspadaan pun kita akan rujuk pasien untuk melahirkan di rumah sakit,” ucapnya.

Namun seiring waktu tidak sedikit pula masyarakat yang mulai sadar akan mitos ini. Pihak puskesmas pun giat melakukan pendekatan dan mengedukasi paraji terutama perihal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ia menganjurkan masyarakat untuk mengkonsultasikan kehamilannya kepada tenaga medis yang lebih kompeten. “Jadi untuk resiko tali pusar melilit, plasenta lepas, atau lain sebagainya itu bisa diminimalisir,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Back to top button