Uncategorized

Buku untuk Ayah Ibu

KARAWANG, RAKA – Balas budi atas cinta kasih ayah dan ibu nampaknya hal yang sulit. Sebaliknya, kenangan buruk dengan orang tua yang dialami sebagian orang bukan berarti harus timbul rasa benci.

Semua itu nampaknya sulit untuk diungkapkan secara langsung, namun melalui untaian kata setidaknya segenap perasaan kepada orang tua dapat dicurahkan.

Hal itu yang dilakukan sedikitnya oleh 118 peserta dalam proyek Buku Untuk Ayah dan Ibu (BUAI), perasaan mereka tentang ayah dan ibu diluapkan dan menjadi sebuah karya yang dibukukan. Projek ini telah berlangsumg sejak Oktober lalu dan sejumlah buku diluncurkan secara virtual melalui Zoom meeting, Selasa (22/12) malam bertepatan dengan hari ibu.

Dalam peluncuruan buku tersebut para penulis yang terlibat juga berbagi kisah proses kreatif mereka selama mengerjakan proyek ini.

Founder Project BUAI Rezky Firmansyah menyampaikan proyek menulis buku seperti juga pernah terlaksana tahun sebelumnya namun hanya bertemakan ibu saja. Tak ingin mengabaikan jasa ayah, maka tahun ini sosok kepala rumah tangga tersebut juga menjadi bagian tema menulis buku sebagai bentuk apresiasi.

Buku-buku yang para penulis buat berisi bermacam rupa karya seperti puisi, cerpen, memoar, biografi, bahkan juga surat cinta maupun surat maaf kepada orang tua.

“Jadi kami fasilitasi mentoring oleh bebeeapa mentor yang menulis buku, kemudian kami kasih feedback, kami kasih kelas online, kamu juga kasih rekomendasi beberap penerbit,” terangnya.

Rezky merasa ada hal yang lebih bermakna ketimbang mengungkapkan rasa cinta kepada ayah dan ibu melalui sosial media pada momen tertentu, yakni menulis buku dan mempersembahkannya kepada mereka.

Hal inilah yang menggerakannya untuk memulai projek ini.  “Kunci utamanya komunikasikan kepada orang tua dengan baik,” tambahnya.

Ia berharap proyek BUAI ini bukan sekadar melahirkan karya pribadi melainkan juga menggerakan para peserta untuk bisa membuat gerakan positif yang lebih baik lagi.

Menurutnya, banyak inisiasi gerakan kebaikan lainnya terkait orang tua yang bisa membuat orang lebih dekat dengan orang tua. Seperti halnya gerakan menulis buku ini yang diharapkan membawa banyak manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Proyek BUAI rencananya akan rutin dilakukan setiap 3 bulan terakhir di penghujung tahun. Adapun proses penerbitan buku dalam proyek BUAI 2020 masih berlangsung sampai 12 Januari nanti. Khalayak dapat mengunjungi akun instagram @bukuuntukayahibu untuk mengetahui lebih jauh tentang proyek ini.

“Nanti kita tutup dengan membuka donasi bekerjasama dengan Rumah Zakat Action dan Relawan Nusantara untuk diberikan kepada yang membutuhkan,” ucapnya.

Salah satu penulis Jamal Irfani mengaku proyek ini terasa spesial karena ia tak sekadar menulis namun juga terlibat dalam proses penerbitannya. Terlebih ia dipercaya menjadi koordinator di timnya yang kelak melahirkan buku bertajuk “Bait Cinta yang Tak Terlisan”.

Motivasinya terlibat dalam proyek ini ialah memberi persembahan terbaik untuk sang ayah dan mengabadikan kenangan indah tentang sang ibu yang kini telah tiada melalui cerpen yang ditulisnya.

“Saya merasa belum ada yang bisa saya kasih untuk orang tua, buku ini menjadi semacam kado buat ayah,” ungkapnya.

Ia berharap, karya para penulis tidak sebatas ungkapan atau curhatan yang hanya menjadi konsumsi pribadi, lebih dari itu mesti bisa memberi pelajaran bagi para pembaca. Dengan buku-buku ini seorang anak bisa lebih mencintai orang tua begitupun sebaliknya orang tua bisa lebih memahami apa yang diinginkan seorang anak.

“Bisa jadi sedikit masukan bagi orang tua atau calon orang tua, oh anak tuh inginnya seperti ini loh kasih sayang yang diberikan,” harapnya. (din)

Related Articles

Back to top button