PRODUKSI : Rumah produksi tempe milik Palal di Desa Cibogohilir Kecamatan Plered – Purwakarta. Di awal tahun 2021 harga kacang kedelai naik, produsen tahu tempe pun berharap ada subsidi dari pemerintah.
Dampak Harga Kedelai Naik
PURWAKARTA, RAKA – Akibat tingginya harga kacang kedelai membuat para produsen tempe di Kabupaten Purwakarta terpaksa harus mengurangi jumlah produksi.
Salah seorang produsen tempe di wilayah Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, Palal (45) mengatakan, harga kacang yang semula hanya dikisaran Rp7.000 per kilo saat ini harganya menjadi Rp9.500 per kilo.
Kenaikan harga kacang kedelai ini terjadi semenjak mulai masuknya Virus Covid-19 ke Indonesia, dan sejak saat itu harga bahan baku salah satu makanan paling banyak dicari oleh masyarakat ini pun mulai naik secara bertahap, mulai Rp7.500, Rp8.000 kemudian Rp9.200 dan saat ini mencapai Rp9.500 per kilogram.
Atas kenaikan itu, ia mengaku terpaksa menaikan harga jual tempe kepada para konsumen dari sebelumnya Rp2.500 menjadi Rp3.000. “Yah gimana lagi, kacang kedelainya juga mahal jadi harga jual tempe ukuran sedang saya naikan,” ujarnya ditemui saat produksi tempe di Kampung Sukasari, Desa Cibogohilir, Kecamatan Plered, Purwakarta, Senin (4/1).
Mahalnya kacang kedelai membuat keuntungan lebih kecil karena modal lebih besar. Bahkan ia mengaku terpaksa mengurangi daya beli kacang kedelai dari biasanya 1 kwintal menjadi 80 kilogram. “Mahal, jadi harus dikurangi pembelian kacang kedelainya,” ungkap Palal.
Sebagai bukti kekecewaan kepada pemerintah, ia mengaku bersama produsen tahu tempe lain sempat berhenti produksi selama tiga hari kemarin.
Diharapkan pemerintah ikut andil dalam mendukung keberlangsungan produsen tempe di Kabupaten Purwakarta agar tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. “Hari ini saya baru produksi lagi setelah tiga hari kemarin berhenti. Harapan kami pandemi ini cepat berlalu agar kacang kedelai sebagai bahan baku juga kembali normal,” ujarnya. (gan)
