Program KB MOW Cegah Ledakan Penduduk
PROGRAM KB MOW : Kepala DPPKB Kabupaten Purwakarta, Yayat Hidayat, saat meninjau pelayanan MOW di Rumah Sakit Bunda Fathia.
PURWAKARTA, RAKA – Guna mencegah risiko kehamilan dan mencegah ledakan penduduk, puluhan warga kabupaten Purwakarta mengikuti Medis Operasi Wanita (MOW), yang digelar Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Purwakarta, di Rumah Sakit Bunda Fathia.
Kepala DPPKB Kabupaten Purwakarta, Yayat Hidayat mengatakan, pelaksanaan MOW kali ini diikuti 25 wanita yang tersebar di 9 kecamatan di Kabupaten Purwakarta. “Jadi pelaksanaan MOW ini dilakukan secara bertahap, dari mulai bulan Februari hingga awal Maret 2021 ini sudah ada 52 wanita yang menjadi akseptor KB MOW,” tutur Yayat, saat ditemui di Rumah Sakit Bunda Fathia, akhir pekan lalu.
Pada tahun 2021 ini, sambung dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta melalui DPPKB Kabupaten Purwakarta menargetkan 250 wanita melakukan Metode Operasi Wanita (MOW). “Kita memang ditargetkan untuk bisa menggerakkan 250 wanita melakukan MOW. Dan ini adalah tantangan bagi kami karena di tengah pandemi Covid-19 ini ada batasan-batasan teknis medisnya serta kita terapkan protokol kesehatan secara ketat,” papar Yayat, yang didampingi Kabid KB, Idi Junaedi.
Dijelaskan Yayat, para peserta sebelum mengikuti KB ini, harus dicek terlebih dulu kesehatannya. Pasalnya metode kontrasepsi yang dipakai oleh para calon KB ini merupakan alat kontrasepsi jangka panjang.
Oleh karena itu, tambah dia, para peserta yang mengikuti kegiatan ini sebelumnya sudah dimotivasi dan memang dikhususkan bagi keluarga yang sudah tidak menginginkan kehamilan lagi. “Para akseptor MOW ini memang yang sudah benar-benar ingin ikut KB jangka panjang dan sudah tidak menginginkan kehamilan lagi. Pasalnya, selama ini banyak masyarakat yang ikut KB tapi masih tergolong jangka pendek,” tuturnya.
Yayat mengatakan, MOW adalah operasi untuk mencegah kehamilan secara permanen yang ditujukan pada wanita beusia antara 35 – 40 tahun. “MOW adalah operasi menutup jalur pembuahan antara sel sperma dan sel telur. Jadi saluran yang menghantarkan sel telur ditutup. MOW merupakan pelayanan kontrasepsi secara mantab. Jadi mereka yang mengikuti MOW sudah mantab untuk tidak akan hamil lagi,” beber Yayat.
Ditemui usai Operasi, Een Jenab (38), salah satu akseptor MOW, mengatakan, dirinya ingin mengikuti KB ini agar tidak hamil lagi. Selain itu, juga sebagai kontrol kesehatan dan tidak khawatir hamil kala berhubungan dengan suaminya. “Kalau KB suntik kan harus bayar, nanti saat waktunya disuntik KB gak punya uang saya bingung karena keterbatasan ekonomi. Lalu kalau pake pil KB juga suka lupa, lagian saya sudah mempunyai tiga anak, alhamdulillah suami juga mengizinkan jadi ya mending di MOW saja,” ujar warga Kampung Cimanglid, Desa/Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.
Dengan alasan yang sama, Nanik peserta asal Kecamatan Wanayasa juga ingin tak lagi hamil. Terlebih saat ini usianya sudah 40, sehingga apabila hamil, maka saat akan melahirkan cukup berisiko. “Saya kan sudah punya empat anak, dan sekarang usia saya juga sudah tidak muda lagi, khawatir pas hamil malah repot dan berisiko, jadi yang mending di MOW saja. Mumpung gratis,” ujarnya. (gan)