Kecanduan Wirausaha, Polisi Ternak Ayam

POLISI PENGUSAHA: Aipda Lili Abdulah berkantor di kandang ayam setelah bekerja di kantor polisi.
PURWAKARTA, RAKA – Berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua, bukan halangan untuk meniti karir menjadi pengusaha. Berkat kerja kerasnya, anggota Polres Purwakarta bernama Lili Abdulah menjadi peternak ayam petelur yang terbilang sukses.
Anggota Babinkantibmas di Desa Gandasoli, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakara, ini bisa disebut sosok pria yang tak kenal menyerah dalam meniti dunia wirausaha.
Saat ditemui di “kantor” keduanya, Lili menjelaskan, dirinya memulai usaha tersebut sejak 2017 silam. Dengan modal awal sebesar Rp15 Juta. Saat itu dirinya hanya mempunyai 150 ekor ayam petelur untuk memulai usaha yang dipelajarinya secara otodidak.
Dengan ketekunannya memelihara ayam petelur, dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun, Aipda Lili kini memiliki 1.000 ekor ayam petelur yang mampu meraup omzet mencapai Rp8 juta hingga Rp10 juta per bulan.
“Jujur saja, dalam memelihara ayam petelur ini belajar secara otodidak dan pengetahuan yang didapat dari google serta keyakinan yang kuat sekarang sudah meraih hasil,” tutur Lili saat ditemui di peternakan ayam petelur miliknya di Kampung Ciasem RT 07/04 Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao, Kabaupaten Purwakarta, Senin (12/4).
Lili menceritakan, dari 1.000 ekor ayam petelur bisa menghasilkan paling sedikit 900 butir telur setiap harinya. Dan mampu meraih pendapatan sekitar Rp300 ribu rupiah per harinya.
“Alhamdulilah sekarang dari 1.000 ayam sudah menghasilkan telur rata-rata 900 butir setiap hari dan hasilnya cukup untuk menambah gaji bulanan. Kalau dirata-rata setiap hari itu paling 45 kilogram sampai 50 kilogram telur dari dua kandang ini,” tutur pria kelahiran Purwakarta, 6 Maret 40 tahun silam itu.
Untuk pemasaran telur, kata Lili, saat ini hanya dipasarkan di wilayah sekitar rumahnya saja. Namun tak jarang pelanggan yang langsung datang ke kandang. “Sekarang untuk penjualan Alhamdulillah gak sulit, soalnya banyak pelanggan yang sampai rela nunggu dan datang ke kandang untuk mendapatkan telur ayam yang masih fresh. Kalau pas awal-awal sih saya tawarin ke tetangga deket rumah aja agak sulit. Karna keterbatasan modal, tak jarang saya juga sering menolak pesanan dari agen-agen telur,” imbuhnya.
Dia mengaku, usaha yang digelutinya selama ini tidak menggangu tugas utamanya sebagai abdi negara, karena dirinya dibantu mertua dan saudaranya untuk merawat ayam petelur tersebut. “Kalau yang ngurus sih dibantu mertua sama saudara kang, kalau saya selepas piket atau ketika selesai kerja aja,” tambahnya.
Lili berharap usaha ternak ayam petelur miliknya ini bisa terus berkembang. Dengan harapan, dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi, khususnya masyarakat setempat.
“Saya berharap usaha sampingan seperti yang dilakukan bisa menjadi inspirasi rekan-rekan kerja untuk bekal di masa tua. Terlebih yang mendekati masa purna bhakti (pensiun), usaha ini tanpa mengganggu tugas saya sebagai pengayom, pelayan dan pelindung masyarakat,” tambahnya lagi.
Dalam kesempatan itu, dia juga bersedia membagi tips kesuksesannya menjalankan bisnis peternakan ayam petelur. Modal pertama yang harus dimiliki adalah tekad dan ketelatenan. “Intinya, jangan kenal menyerah, jika ada kemauan pasti ada jalan dan bisa sukses. Untuk urusan modal tidak perlu merogoh kantong yang besar, tapi bisa dimulai dari kecil. Ingat pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit,” tukasnya. (gan)