Pelatihan Kewirausahaan di Pedesaan

LATIHAN JADI PENGUSAHA: Pelatihan wirausaha untuk warga Desa Rawasari, Plered.
PURWAKARTA, RAKA – Universitas Katolik Parahyangan menggelar pelatihan kewirausahaan bagi warga di Desa Rawasari, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta. Kegiatan yang meilbatkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Rawasari, itu pun tak hanya memberikan pelatihan kewirausahaan. Tim Abdi Masyarakat Jurusan Akuntansi yang dipimpin Dr Elizabeth pun turut membahas pembuatan gapura desa.
Sebelumnya, warga Desa Rawasari juga telah mendapatkan berbagai pelatihan dari Tim Abdimas. Di antaranya membuat produk meja dan kursi tamu dari bambu, membuat gerobak sate dari bambu. Kemudian membuat ruangan Posyandu di Rawasari dari bambu tahan gempa. Selain itu memberikan pelatihan tentang motivasi, mengelola usaha tusuk sate dan membuat produksi tusuk sate tersebut.
Elizabeth menuturkan, pelatihan kewirausahaan tersebut dihadiri 40 peserta dan mayoritas berasal dari pelajar dan alumni SMK, serta beberapa peserta lulusan SMP. Pelatihan kewirausahaan ini merupakan seri pelatihan kedua setelah topik pertama tentang dasar-dasar kewirausahaan pada enam pekan lalu. “Topik pelatihan kali ini lebih bersifat praktik dan akan melibatkan semua peserta berdiskusi dan bereksperimen dengan ide-idenya,” jelasnya yang juga Penanggung Jawab Proyek Pengabdian Kampung Berseri Astra Desa Sejahtera Desa Rawasari, Senin (24/5).
Pemateri dalam pelatihan tersebut yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan, Dr Elvy Maria Manurung mengatakan, kewirausahaan merupakan pengetahuan multidisiplin yang bersifat teoretis dan praktis.
Elvy menuturkan bahwa dalam pelatihan tersebut, dirinya menyampaikan topik tentang bagaimana membuat dan merancang model bisnis untuk memulai kewirausahaan. Karena pelatihan lebih bersifat praktik, lanjut dia, beberapa alat bantu berupa gambar model di kanvas serta kertas folio bergaris dan alat tulis telah disiapkan oleh tim Abdimas.
Lebih lanjut, dalam pelatihan itu, peserta diajak melihat gambar di kanvas yang telah disiapkan sekaligus mempelajari dan memahami tahap demi tahap membangun ide awal sebuah usaha atau bisnis secara kreatif. Beberapa contoh inovasi juga dikemukakan untuk menambah pemahaman peserta tentang bedanya kewirausahaan dengan jual-beli pada umumnya. Peserta juga diajak mencari solusi yang bisa menimbulkan ketidakpuasan pelanggan. “Serta bagaimana menemukan solusi kreatif untuk usaha sejenis yang lain, yang sudah ada tetapi menimbulkan ketidakpuasan pelanggan dan memberi masalah (sampah, kesehatan dan sebagainya) kepada pelanggan,” ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa pelatihan berlangsung cukup dinamis, para peserta tampak antusias dengan materi yang dipaparkan. Para peserta pun dibagi menjadi enam kelompok dengan tujuan agar berdiskusi di dalam kelompok masing-masing sembari berlatih menyusun ide-ide kreatifnya untuk membangun model bisnis yang baru.
Menurut Elvy, setidaknya ada tiga hal menarik dari pelatihan membuat model bisnis tersebut. Pertama, peserta memahami cara menuangkan idenya ke dalam gambar model bisnis di kanvas (kertas folio bergaris). Selanjutnya, peserta pun bisa menjelaskan arti value dalam kewirausahaan. Terakhir, peserta berani merancang bentuk produk dan jasa, sistem kerja, cara pemasaran dan cara pembayaran transaksi yang baru serta berbeda dari usaha-usaha yang sudah ada. (gan)