
KARAWANG, RAKA – Sulitnya mendapatkan pekerjan di Kabupaten Karawang, membuat Tata Sutarman (41), Didi Supriadi (58), Sutrisno (46), Dasuki (57), Muhammad Fahrul Rozie (33), Abdul Latief (53), Sumardi (45), A Saepudin (61) nekat pergi ke Nusa Tenggara Timur (NTT) karena dijanjikan pekerjaan.
Namun, impian bisa mendapatkan rezeki di kampung orang, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka yang berasal dari berbagai kecamatan itu kurang lebih satu bulan telantar di NTT. Awalnya, mereka pergi ke NTT berniat untuk bekerja sebagai pekerja konstruksi. Namun setibanyanya di sana, mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang diharapkan. Mereka pun bingung untuk memenuhi kebutuhan selama di NTT. “Kami awalnya ikut kerja ke teman. Karena daripada di rumah gak ada kerjaan, dengar info katanya di sana (NTT) banyak pekerjaan. Ongkos juga gratis sudah dibayar,” ujar Sumardi saat bercerita ke Radar Karawang di Kantor Baznas Karawang, Senin (15/11).
Sumardi yang tercatat sebagai warga Kampung Sukamulya RT 02/09, Desa Pucung, Kecamatan Kotabaru menceritakan, saat dia bersama temannya tiba di NTT, material untuk pembangunan tower yang akan dikerjakannya itu belum ada. Sehingga rombongan para pekerja bagian sipil ini belum bisa dipekerjakan. “Nunggu satu minggu kemudian dipecat. Kita datang di Kupang juga tidak langsung bekerja. Selama satu minggu hanya dikasih makan tiga hari, sisanya kita ngutang ke warung tapi Alhamdulillah kemarin sudah dibayar,” tuturnya.
Setelah beberapa hari bahkan hampir satu bulan, kata Sumardi, mereka kemudian berkoordinasi kepada keluarganya di Karawang untuk meminta bantuan, agar bisa pulang kembali ke rumahnya masing-masing. Setelah itu mereka kemudian pulang dengan menggunakan kapal menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan dijemput oleh tim Baznas Karawang. “Dinsos NTT memberi nasi boks, mie instan dan air minum untuk bekal di perjalanan selama lima hari. Ini pengalaman baru, biasanya kami kerja di Karawang,” ujarnya.
Ketua Baznas Karawang Kurnia Adam mengatakan, pihaknya mendengar berita dari sosial media bahwa ada 16 buruh telantar di Kupang. Delapan orang diantaranya adalah warga Karawang. Kemudian pihaknya dengan Dinas Sosial secara kedinasan berkoordinasi dengan Dinsos NTT. “Tapi waktu itu Dinsos NTT tidak memberikan data rinci. Secara kedinasan kami butuh data akurat. Sempat mengirimkan foto copy KTP tidak terbaca, sehingga kami lihat juga dari KK,” ujarnya.
Niatnya, kata Adam, Baznas Karawang akan memfasilitasi tiket pulang bagi para buruh tersebut. Tetapi karena ada keterlambatan pengiriman data, para pekerja itu akhirnya pulang sendiri dengan ongkos kiriman dari keluarga masing-masing. Bahkan satu orang diantaranya sudah pulang lebih awal karena mendapat kiriman uang dari keluarga untuk ongkos. “Kami jemput di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebanyak 7 orang. Mereka tiba bersama tim Baznas di Karawang Senin (15/11) pukul 6 pagi,” ungkapnya.
Karena tiket perjalanan pulang menggunakan uang dari keluarga masing-masing, Baznas akhirnya berinisiatif untuk memberikan pengganti uang tersebut kepada para buruh itu. “Kita sudah sediakan untuk ganti tiket dan antigen senilai Rp550 ribu, karena kasian keluarganya mengirim uang dapat minjem ke orang. Tapi Alhamdulillah tadi Pak Wabup sendiri memberi Rp1 juta untuk satu orangnya,” tambah Adam. Setelah beberapa saat beristirahat di kantor Baznas Karawang, tujuh orang buruh tersebut kemudian diantarkan langsung oleh petugas Dinsos Karawang ke rumahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Karawang Aep Syaepuloh mengatakan, pihaknya mendapatkan kabar dari Pemprov NTT kemudian langsung menindaklanjuti melalui Baznas dan Dinsos. Namun ada sedikit kendala yaitu kepastian para buruh tersebut merupakan warga Karawang atau bukan. Selain itu, dia menghimbau kepada semua warga Karawang yang hendak bekerja di luar daerah, apalagi di luar pulau agar memastikan dulu kebenaran dan kejelasan pekerjaan atau informasi yang didapatnya. “Niatan kerja di mana-mana boleh saja. Tapi harus dipikirkan lebih jauh lagi. Jangan karena dengar di sana ada pekerjaan langsung ikut, tetapi sudah di luar sana ternyata tidak ada. Artinya harus jelas dulu pekerjaannya,” pungkasnya. (nce)