Penyakit Mengintai
METROPOLIS, RAKA – Lingkungan yang bersih dapat membuat penghuninya pun nyaman untuk tinggal. Namun apa jadinya jika masyarakat nyaman tinggal di tempat yang kotor, banyak sampah. Hal itu tergambar di seluruh penjuru Kabupaten Karawang. Begitu mudah menemui sampah berserakan, dan jarang ada yang peduli.
Padahal jika lingkungan sudah tidak bersih lagi, maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Seperti penyakit disentri. Penyakit ini disebabkan karena makanan yang tidak sehat dari lingkungan yang tidak bersih. Makanan yang terkontaminasi dari bakteri atau tinja, ini jika kita konsumsi maka akan menyebabkan disentri. Disentri menyerang usus besar yang menghasilkan diare yang sangat akut bahkan dapat berdarah jika bab.
Ada juga penyakit malaria. Terjadi karena adanya gigitan dari nyamuk anopheles. Nyamuk ini dapat membuat suhu kita naik dan turun bahkan hingga menggigil. Tentu saja nyamuk ini dapat hadir di lingkungan yang kotor, seperti membuang sampah di sembarang tempat dan tidak rajin untuk menguras bak mandi dan membiarkan barang-barang tidak terpakai menumpuk.
Lingkungan yang kotor juga memicu Tuberculosis (TBC) dan dapat menyerang paru-paru, usus maupun kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan karena infeksi kuman mikrobakterium tuberculosis. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini dapat menular dengan mudah melalui udara. Maka dari itu ciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di rumah anda.
Makanan dan minuman pada lingkungan yang kotor jika kita makan dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya tifus abdominalis. Penyakit ini menyerang usus halus yang menyebabkan demam tinggi yang berkepanjangan. Penyakit ini disebabkan karena adanya bakteri salmonella.
Pemerhati lingkungan di Karawang kota, Ahmad Jaelani mengatakan, sampah plastik hingga kini masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Pasalnya, plastik dalam bentuk kantong, bungkus makanan atau bentuk apapun kini telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola, serta mental masyarakat yang enggan berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Sementara untuk meleburkan atau terurai secara alami, plastik memerlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. “Memang tanggung jawab bersama menjaga lingkungan hidup, akan tetapi tanggung jawab tersebut lebih tertumpu pada pemerintah. Sejauh mana mengarahkan atau membina penduduk dengan berbagai upaya hingga masyarakat menyadari dalam prilaku membuang sampah, terutama sampah plastik,” ujar Ahmad, warga Kampung Tegalmalang, Desa Cintalanggeng. (psn)