Lima Desa Jadi Fokus Dinkes Atasi Stunting
KARAWANG, RAKA- Pemerintah Kabupaten Karawang akan mengambil langkah serius untuk mencegah stunting. Salah satu langkah yang dilakukan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karawang mengadakan kegiatan bersama Pemerintah Desa Gintungkerta, Kecamatan Klari, penyuluhan pencegahan stunting kepada masyarakat.
Nurmala Hasanah, kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Karawang menyampaikan, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat gizi yang kurang. Selain itu, stunting pada anak ditandai dengan tinggi dan berat badan anak yang tidak sesuai dengan usia. “Kalau menurut Perpres No 72 tahun 2021 adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi yang kronis dan bisa juga dari infeksi yang berulang. Anak yang memiliki tinggi badan dan berat badan di bawah ketentuan Kementrian Kesehatan,” ujarnya, Selasa (31/5).
Penyebab stunting yang lain, lanjutnya, bisa timbul akibat pengasuhan yang kurang baik. Kemudian pelayanan kesehatan yang tidak maksimal pun bisa menimbulkan stunting, serta kurangnya akses keluarga untuk air bersih dan sanitasi. Ia meminta masyarakat tidak buang air besar dan kecil secara sembarangan. “Kenapa di Gintungkerta kawasan industri ada stunting, menurut hipotesis yang sudah kami lakukan diakibatkan, adanya pengasuhan yang kurang baik dan masyarakat masih banyak yang membuang air besar secara sembarangan,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Karawang dr. Endang Suryadi mengatakan, di Karawang tercatat 22 desa dari 13 kecamatan terdapat kasus stunting. Untuk menanggulanginya, dinkes akan fokus pada lima desa yang kasus stuntingnya cukup tinggi. “Lokus desa permodelan stuntung berdasarkan prioritas kasus terbanyak dan prevalansi tinggi. Kelima desa itu yakni Gintungkerta, Mulyasari, Karyasari, Kutagandok, dan Kelurahan Karangpawitan,” paparnya.
Aep Syaepulloh, wakil Bupati Kabupaten Karawang, meminta perusahaan yang berada di wilayah sekitar ikut serta untuk mengurangi angka stunting. Cara yang dapat dilakukan dengan memberikan ruang khusus bagi karyawan yang masih menyusui, sehingga bayi dapat memperoleh gizi baik dari ibu. “Kami meminta partisipasi dari perusahaan. Pihak perusahaan bisa menyediakan satu ruang untuk karyawan yang masih menyusui, karena 60 persen anak usia nol sampai emam bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif,” pungkasnya. (nad)