HEADLINE
Trending

Harga Daging Ayam Potong Melejit

Pembeli Berkurang, Omzet Turun

KARAWANG, RAKA – Harga daging ayam potong melejit di Pasar Cikampek. Kenaikan harga cukup tajam dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan harga ini dikeluhkan oleh para pedagang dan pembeli, karena secara langsung berdampak pada penurunan daya beli masyarakat serta omzet penjualan pedagang.

Ade (54) pedagang daging ayam yang telah berjualan bertahun-tahun di Pasar Cikampek mengungkapkan, bahwa harga ayam potong per ekor saat ini naik drastis dibandingkan dengan harga normal sebelumnya.

“Biasanya harga ayam per ekor bervariasi, ada yang Rp 38 ribu, Rp 40 ribu, sampai Rp 45 ribu tergantung ukuran. Sekarang naik jadi Rp40 ribu, Rp50 ribu, bahkan sampai Rp55 ribu,” katanya, Selasa (23/9).

Kenaikan harga yang signifikan ini membuat penjualannya menurun drastis. Ia mengaku, sebelum harga naik, ia mampu menjual hingga 80 ekor ayam per hari. Namun kini, hanya mampu menjual sekitar 40 ekor saja.

“Daya beli masyarakat sekarang menurun. Pembeli yang dulu beli dua ekor sekarang cuma beli satu. Yang biasanya beli satu ekor, sekarang cuma minta setengah. Otomatis pendapatan juga berkurang,” jelasnya.

Ade mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab kenaikan harga ayam ini. Ia menduga ada masalah di tingkat peternak atau distribusi. Namun demikian, ia tetap berharap agar harga ayam bisa segera stabil agar aktivitas jual beli kembali lancar dan ekonomi di pasar bisa berputar normal kembali.

“Kami pedagang juga butuh modal. Kalau harga naik terus dan pembeli makin sedikit, ya sulit untuk bertahan. Harapan saya, harga ayam bisa kembali ke harga normal supaya masyarakat tidak terbebani, dan kami pedagang juga bisa jualan dengan lancar,” ujarnya.

Tak hanya pedagang, para pembeli pun turut mengeluhkan kenaikan harga ayam ini. Salah satunya adalah Siti (37) warga Kecamatan Cikampek yang mengaku cukup terbebani dengan kenaikan harga daging ayam karena ayam menjadi salah satu lauk pokok di rumahnya.

“Biasanya saya belanja dua ekor ayam seminggu untuk makan di rumah. Sekarang cuma bisa beli satu, bahkan kadang setengah ekor saja. Harganya mahal, belum lagi kebutuhan lain juga pada naik,” keluhnya.

Siti menyebut, daging ayam menjadi alternatif utama dari daging sapi yang harganya lebih tinggi. Namun dengan kondisi harga ayam yang ikut melambung, ia terpaksa mulai mengurangi konsumsi daging dan beralih ke lauk lain yang lebih murah seperti tahu dan tempe.

“Kalau semuanya mahal, ya kami ibu-ibu bingung. Mau masak apa? Kasihan anak-anak juga,” tutupnya. (zal)

Related Articles

Back to top button