Purwakarta
Trending

Arboretum Bambu Linuhung Punya 42 Jenis Bambu

PURWAKARTA, RAKA – Bambu sejak lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sunda, mulai dari rumah, alat musik, hingga permainan tradisional. Pada peringatan Hari Bambu Sedunia 2025 di Arboretum Bambu Linuhung, SDN 2 Cikopo, Bungursari, Kamis (18/9), nilai budaya inilah yang kembali digarisbawahi.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Purwanto, yang hadir mewakili Gubernur Dedi Mulyadi, mengatakan bahwa bambu bukan sekadar tumbuhan serbaguna. Ia menyebut di dalamnya ada filosofi hidup orang Sunda yakni sederhana, kuat, dan bermanfaat.

“Inilah yang perlu dikenalkan kembali kepada generasi muda,” ungkapnya, Kamis (18/9).

Pria yang akrab disapa Kang Ipung itu menjelaskan bahwa Arboretum Bambu Linuhung kini memiliki 42 jenis bambu, yang masing-masing menyimpan cerita budaya berbeda.

“Kalau lahan memungkinkan, kami akan tambah koleksinya. Kami juga berencana melengkapi arboretum dengan jogging track, amphiteater, dan taman edukasi agar bisa jadi ruang belajar sekaligus ruang budaya,” ujarnya.

Wakil Bupati Purwakarta, Abang Ijo Hapidin, menekankan bahwa bambu bukan hanya identitas lokal, tetapi juga penyelamat lingkungan. Ia menyebutkan bambu mampu menyerap karbon lima kali lebih tinggi daripada pohon biasa.

“Tanaman ini juga menjaga kestabilan tanah dari erosi. Jadi, bambu adalah kekayaan ekologis sekaligus budaya,” ujarnya.

Selain fungsi ekologis, Bang Ijo menyoroti peran bambu dalam perekonomian tradisional. Menurutnya, dari bilik rumah, anyaman, hingga alat musik angklung, bambu sudah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Kalau kita dorong lewat pelatihan dan pemasaran modern, produk-produk bambu bisa naik kelas dan mendukung kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.

Arboretum bambu di SDN 2 Cikopo menjadi bukti nyata bagaimana pendidikan dan budaya bisa berjalan beriringan. Guru dan siswa diajak memahami bambu bukan hanya lewat teori, melainkan juga praktik langsung di lapangan. Tempat ini pun dirancang sebagai pusat konservasi berbagai jenis bambu dari Nusantara.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Indra Sofyan, menambahkan bahwa bambu adalah perekat sosial.

“Bambu menyatukan kita, baik melalui seni, tradisi, maupun ekonomi kreatif. Karena itu, Hari Bambu Sedunia jangan berhenti di acara tahunan, tapi harus jadi gerakan kebudayaan,” katanya. (yat)

Related Articles

Back to top button