Karawang
Trending

Campuran Air dan Diterjen Bisa Padamkan Api

radarkarawang.id – Banyak orang mungkin tidak menyangka bahwa campuran air dan deterjen ternyata bisa digunakan untuk memadamkan api.

Namun, metode ini bukan tanpa batasan. Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan BPBD Karawang, Rohmat Ilyas, menjelaskan secara rinci bagaimana cara kerja dan risiko penggunaan metode tersebut.

Menurut Rohmat, campuran air dan deterjen dapat berfungsi layaknya foam (busa) khusus pemadam kebakaran. Gelembung-gelembung busa yang dihasilkan mampu menutupi permukaan yang terbakar, menghalangi pasokan oksigen, dan menurunkan suhu panas di titik api.

“Secara prinsip, campuran air dan deterjen bisa memadamkan api karena bekerja seperti foam. Tapi perlu digarisbawahi, metode ini tidak direkomendasikan untuk kebakaran yang disebabkan oleh minyak atau bahan cair mudah terbakar lainnya,” ujarnya.

Untuk kasus seperti itu, kata Rohmat, seharusnya digunakan cairan foam khusus yang memang diformulasikan untuk memadamkan kebakaran bahan cair dan gas. Namun karena harganya cukup mahal dan tidak selalu tersedia, penggunaan deterjen bisa menjadi alternatif darurat ketika alat ideal tidak ada.

Rohmat juga menjelaskan, secara teori kebakaran dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan sumber bahan yang terbakar. Kelas A: Bahan padat non-logam seperti kayu, kain, kertas, atau plastik. Kelas B: Bahan cair dan gas mudah terbakar seperti minyak, bensin, dan alkohol. Kelas C: Kebakaran yang melibatkan instalasi listrik bertegangan.

Setiap kelas memerlukan metode pemadaman berbeda. Untuk kelas B, media yang paling efektif adalah gas CO₂ atau foam. Sementara untuk kelas C, media berbasis air tidak boleh digunakan karena bisa menghantarkan listrik dan membahayakan petugas.

“Kalau kebakaran akibat listrik, prosedur utamanya adalah menunggu PLN memutus aliran listrik. Tapi kalau terpaksa dilakukan penyemprotan, kami gunakan teknik semprot-putus agar tidak tersetrum,” jelasnya.

Rohmat menambahkan, dasar dari semua proses pemadaman api adalah teori “segitiga api”, yaitu tiga unsur yang membentuk nyala bahan bakar, oksigen, dan panas. Untuk memadamkan api, salah satu unsur ini harus dihilangkan.

“Contoh sederhana, kalau minyak di wajan terbakar, jangan disiram air karena justru membuat api menyebar. Tutup saja dengan kain basah supaya pasokan oksigen terhenti,” tegasnya.

Menurutnya, kebakaran rumah tangga paling sering dipicu oleh korsleting listrik dan kelalaian pengguna kompor gas. Namun, tim Damkar tidak pernah sembarangan menyimpulkan penyebab sebelum ada bukti yang jelas di lapangan.

Rohmat juga menekankan bahwa prioritas utama petugas Damkar bukan hanya memadamkan api yang sudah berkobar, tetapi melakukan penyelamatan dan mencegah api merambat ke bangunan lain.

“Strateginya disebut memotong jalur api. Kadang warga salah paham karena kami tidak langsung menyemprot ke sumber api, padahal fokus kami adalah mencegah kebakaran makin luas,” jelasnya.

Ia menegaskan, prinsip utama pemadaman adalah menyelamatkan aset yang lebih besar, meski artinya harus merelakan bagian yang sudah terbakar.

Durasi pemadaman, kata Rohmat, sangat bergantung pada jenis bahan yang terbakar. Kebakaran rumah umumnya bisa ditangani dalam 1–2 jam, sedangkan kebakaran limbah atau bahan kimia bisa memakan waktu hingga berhari-hari karena membutuhkan metode khusus.

“Kalau truk kami kehabisan air, tidak perlu khawatir. Ada sistem suplai terkoordinasi antar-unit, jadi air bisa terus mengalir tanpa menghambat proses pemadaman,” tuturnya. (uty)

Related Articles

Back to top button