
radarkarawang.id – Sebuah gudang ekspedisi milik Shopee yang berlokasi di Jalan Baru, Tanjungpura, menjadi sasaran aksi pemalakan yang dilakukan sekelompok orang tak dikenal. Aksi ini bahkan terjadi berulang, dengan puncaknya pada Senin malam, 29 April 2025 sekitar pukul 00.00 WIB.
Yusuf, Shift Lead di gudang tersebut, menceritakan bahwa para pelaku datang dalam kelompok berjumlah sepuluh orang dan mengaku berasal dari salah satu organisasi masyarakat (ormas). Beberapa dari mereka bahkan dalam kondisi mabuk.
“Mereka minta karung, awalnya 100 pcs, katanya buat angkut tanah irigasi. Tapi kami curiga, kemungkinan besar dijual karena sudah sering minta dengan alasan yang sama dalam setahun ini,” ungkap Yusuf, Minggu (11/5).
Menurut Yusuf, aksi semacam ini bukan yang pertama kali terjadi. Para pelaku kerap datang seminggu sekali, bahkan bisa setiap tiga hari. Terakhir, mereka datang lagi pada Sabtu (10/5). Saat petugas keamanan menolak permintaan mereka, sempat terjadi ketegangan.
Baca Juga : Desak Perusahaan Terbuka Rekrut Karyawan
“Awalnya mereka sudah pergi setelah ditolak satpam, tapi ada salah satu karyawan ngomong apa, kita gak tahu, terus mereka balik lagi ke gerbang. Hampir ribut,” ujarnya.
Sayangnya, meskipun kejadian ini sudah berulang, pihak perusahaan belum secara resmi melaporkan ke kepolisian. “Kita lapor ke komandan sekuriti saja, ke TNI juga. Kalau ke polisi belum. Soalnya, masa harus nunggu laporan dulu, padahal kejadian sudah nyata begitu,” tambah Yusuf.
Keresahan ini semakin memuncak setelah video kejadian tersebar di media sosial dan menjadi viral. Warganet ramai-ramai menyoroti lemahnya perlindungan terhadap fasilitas usaha yang menjadi sasaran premanisme berkedok ormas.
Menanggapi hal ini, Kapolres Karawang AKBP Fiki Novian memastikan bahwa pihaknya sudah menurunkan personel ke lokasi. “Anggota kita sudah di lokasi ya,” ujarnya singkat.
Tonton Juga : DUKA KOPASSUS SAAT OPERASI MILITER
Pihak perusahaan berharap, dengan mencuatnya kasus ini ke publik, para pelaku menghentikan aksinya. “Kami harap setelah ini viral, mereka berhenti. Ini sangat meresahkan. Apalagi barang yang diminta itu milik perusahaan dan bagian dari operasional, bukan untuk dibagi-bagi,” tegas Yusuf. (uty)