
PURWAKARTA, RAKA – Suasana halaman Perpustakaan Daerah Purwakarta, Rabu (29/10), berubah menjadi ruang penuh semangat literasi. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Purwakarta resmi membuka Festival Literasi Purwakarta 2025, yang digelar selama lima hari dengan mengusung tema Gerakan Membaca Purwakarta Istimewa.
Festival ini tak sekadar ajang pamer buku, tapi juga gerakan sosial yang berakar pada filosofi Sunda, “Maca Kata Jeung Makna Sangkan Hirup Waluya”, membaca bukan hanya soal menelaah kata, tetapi memahami makna agar hidup lebih sejahtera.
Kepala Disarpus Purwakarta, Aan, menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat tradisi membaca di tengah derasnya arus digital.
“Kami ingin menjadikan membaca sebagai kebutuhan, bukan kewajiban. Dengan membaca, pikiran terbuka, pengetahuan bertambah, dan kemampuan meningkat. Ini bagian dari perjalanan menuju masyarakat Purwakarta yang sejahtera dan berdaya literasi,” ujar Aan, Rabu (29/10).
Menurutnya, capaian literasi masyarakat Purwakarta terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Perpustakaan Nasional RI, Tingkat Kegemaran Membaca (TKM) mencapai 60,21, sementara Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) menembus 70,98 pada tahun 2024.
“Angka ini membuktikan bahwa budaya literasi di Purwakarta terus tumbuh. Walau minat baca secara kuantitas menurun, namun kualitas dan dampaknya bagi kehidupan masyarakat semakin terasa,” lanjutnya.
Tahun ini, Disarpus menghadirkan beragam layanan literasi gratis, mulai dari pembuatan kartu perpustakaan gratis, pembagian buku bacaan, hingga layanan inovatif Astra Jingga, yakni enkapsulasi dokumen penting agar lebih awet dan terlindungi.
Selain layanan literasi, festival ini juga menjadi ruang kreasi dan edukasi. Pengunjung bisa menikmati workshop menulis, mendongeng, membaca nyaring, bincang dan bedah buku, talkshow budaya, seminar anti-bullying, hingga lomba video literasi dan lomba mewarnai untuk anak-anak sekolah dasar.
Tak ketinggalan, pameran buku, produk TPBIS, dan koleksi benda cagar budaya ikut memeriahkan festival, menghadirkan perpaduan antara literasi modern dan kekayaan lokal Purwakarta.
“Kami ingin festival ini hidup, bukan hanya acara seremonial. Karena literasi seharusnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat,” tegas Aan.
Aan mengajak generasi muda untuk memulai langkah kecil namun berdampak besar: membaca setiap hari.
“Satu jam membaca setiap hari itu investasi besar untuk masa depan. Dari membaca, kita belajar berpikir kritis, menumbuhkan empati, dan memperluas wawasan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan Festival Literasi Purwakarta 2025 pun menjadi bukti bahwa membaca bukan sekadar kegiatan sunyi di balik halaman buku, tapi sebuah gerakan hidup yang menumbuhkan makna, memperkuat karakter, dan menyalakan cahaya pengetahuan bagi masyarakat Purwakarta. (yat)



