Giatkan Lagi Magrib Mengaji
KARAWANG, RAKA – Banyak hal yang bisa dilakukan dalam mengurangi kenakalan remaja yang kerap terjadi pada setiap pelajar atau anak baru gede (ABG) saat ini, dengan mengaktifkan kembali budaya mengaji.
Maryana, guru Bahasa Indonesia di SMKN 1 Tirtamulya mengatakan, dengan kemajuan zaman dan teknologi, seharusnya menjadi suatu kemudahan bagi setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya, seperi halnya pekerjaan dengan internet itu bisa lebih efeisien dalam mengerjakannya. Namun justru kemudahan teknologi ini sering disalah gunakan untuk hal negatif. “Mudahnya mengakses jendela dunia dengan internet malah disalahgunakan. Kemajuan zaman memang tidak bisa disalahkan, semua akan berjalan dengan sendirinya, yang mesti dipersiapkan adalah bagimana kita mampu menerima kemajuan zaman itu dengan sesuatu hal yang benar dan tidak salah,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Senin (23/12).
Masih dikatakannya, apalagi dengan tontonan berbahaya bagi setiap anak-anak sudah banyak dipertontonkan di televisi, mesti dibungkus dengan sajian sinetron namun masih banyak saja adegan ataupun pelajaran yang tidak baik untuk dipertontonkan secara luas. Bahayanya, setiap anak selalu mengikuti apa yang dilakukan oleh orang dewasa begitupun dengan apa yang dilihat dan dilakukannya. Maka sebagai orang tua seharusnya melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya baik di rumah maupun di lingkungan tempat bermainnya,” tuturnya.
Menurutnya, kesalahan anak bukan sepenuhnya dilakukan oleh kemauannya sendiri, justru kurangnya perhatian orang tua bisa berbahaya bagi dirinya sendiri maupun orang lain. “Peran orang tua itu sangat penting, setidaknya setiap kali kita berkumpul bersama keluaraga kita harus mampu meluangkan waktu untuk mendidik, misalnya menemani mereka dalam belajar kan bisa,” ungkapnya.
Maryana menambahkan, budaya mengaji usai salat Magrib sekian hari semakin terkikis, kini setiap anak lebih suka memilih bermain sendiri bersama handphonenya dan lebih asyik untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Padahal menurutnya, jika budaya tersebut kembali digiatkan, bisa mengurangi kenakalan pelajar. “Tontonan apa yang kita lihat bisa mempengaruhi sikap sama perilaku diri kita sendiri, semasanya dulu kenakalan anak remaja tidak separah saat ini, kembali ke zaman dulu dan terus melestarikannya bukan berarti membuat kita tertinggal, karena kemajuan itu dari pola pikir dan kreatifitas,” pungkasnya. (acu)