GERBANG SEKOLAH

Mahasiswa KKN unsika sosialisasikan strategi pemberdayaan masyarakat pesisir dalam pencapaian target produksi garam

TEMPURAN, RAKA- Indonesia sebagai negara maritim terbesar kedua di dunia ternyata tiap tahun harus mengimpor garam. Hal ini dikarenakan capaian target produksi garam dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi garam di dalam negeri. Untuk bisa mencapai target produksi garam kelompok mahasiswa KKN unsika Di desa Ciparagejaya melakukan sosialisasi strategis pemberdayaan untuk masyarakat sekitar.

Seperti yang disampaikan oleh, Ketua kelompok KKN 84 Ciparagejaya, Jaenal Aripin ia mengatakan bahwa tujuan diadakannya sosialisasi strategi pemberdayaan masyarakat petani garam ialah untuk mengedukasi para petani garam yang ada di Ciparagejaya tentang beberapa alternatif dalam pengelolaan produksi garam. ” Ada beberapa banyak faktor penyebab produksi garam di Indonesia tidak mencapai target produksi antara lain masalah cuaca, sosial ekonomi dan teknologi,” kata nya kepada radar Karawang.

Sosialisasi yang dilaksanakan 15 Oktober lalu ini, menghadirkan beberapa narasumber yang memang memiliki pengalaman di bidangnya. ” Narasumber yang hadir ialah Made Panji Teguh Santoso selaku Dosen Pendamping Lapangan dan H.Aep Suhari selaku ketua koperasi garam segaram jaya,” tambahnya.

Ketua Koperasi garam segar jaya, H.Aep Suhardi mengatakan bahwa potensi pengembangan usaha garam di kabupaten Karawang cukup lumayan. Dengan jumlah potensi tambak garam seluas 305 ha yang tersebar di 4 kecamatan pesisir, yaitu Tirtajaya, Tempuran, Cilamaya Kulon, dan Cilamaya wetan. ” Untuk di desa Ciparagejaya sendiri ada sekitar 50 ha lahan tambak garam dengan jumlah RTP 23 dari 3 kelompok,” ungkapnya.

Aep pun menambah bahwa produksi garam di tahun 2020 kemarin dari empat kecamatan yang memang memiliki tambak garam menghasilkan 1.566 ton. ” Untuk desa Ciparagejaya sendiri 258 ton untuk tahun 2020 lalu,” tambahnya.

Sementara itu, Narasumber yang juga Dosen Pendamping Lapangan, Made Panji Teguh Santoso menjelaskan bahwa ada beberapa permasalahan dalam pencapaian target produksi garam. ” Hal yang paling esensial menjadi faktor tidak mencapai target produksi garam ialah cuaca, ketidakpastian sosioekonomis, teknologi dan tidak adanya perlindungan harga garam dan ancaman tengkulak,” jelasnya.

Made pun menuturkan bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu komitmen bersama. Untuk mengatasi cuaca misalnya yaitu musim penghujan solusi alternatifnya bisa dibuatkan rumah garam. Dalam masalah penerapan teknologi solusinya bisa membuat konsep multistage precipation yang menggunakan pendekatan teknologi yang terintegrasi. Dimana bukan hanya garam yang diambil tapi mineral-mineral yang merupakan pengotor juga dapat diambil dan dimanfaatkan. ” Sedangkan untuk perlindungan harga garam dan ancaman tengkulak pemerintah perlu menerapkan dengan baik Undang-undang Nomor 7 tahun 2016 dan membatalkan beberapa peraturan yang lebih rendah secara hirarki yang dinilai kontradiktif dengan undang-undang nomor 7 tahun 2016,” tandasnya. (cr8)

Related Articles

Back to top button