HEADLINE

Bertahan di Tenda Darurat

MENGUNGSI: Warga Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, bertahan di tenda darurat selama banjir.

RENGASDENGKLOK, RAKA – Korban banjir di wilayah Rengasdengklok terpaksa harus mendirikan tenda sendiri tanpa biaya dari pemerintah setempat maupun daerah. Tenda yang didirikan warga menggunakan trepal dan bambu, bahkan ada juga yang memakai plastik.

Ace, ketua RT 05 RW 02, Dusun Krajan A, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, mengatakan sejak banjir melanda wilayah Rengasdengklok pada Minggu (23/2), tidak kurang dari 210 warga wilayah RT 05 RW 02 Krajan A mengungsi di Jalan Katalaya. Dia mengaku tenda yang dipasang sepanjang jalan adalah inisiatif warga, dikarenakan kebanyakan rumah warga sudah digenangi air. “Saya buat tenda sendiri kurang lebih habis Rp1 juta, soalnya buat beli bambu terus beli terpalnya juga,” jelasnya kepada Radar Karawang, Senin (24/2).

Sejumlah warga yang mengungsi di Jalan Katalaya juga sampai saat ini belum mendapatkan bantuan makanan. Kata Ace, jumlah porsi bantuan makanan yang datang di posko banjir tidak mencukupi dari jumlah penduduk yang mengungsi. “Tadi pagi ada yang ngasih makanan 50 bungkus saja, sedangkan keseluruhan yang ngungsi di sini ada 210 orang,” ujarnya.

Hal serupa dikatakan Endi (50) warga Dusun Krajan A RT 05 RW 02. Dia mengaku membuat tenda sendiri untuk tinggal sementara sampai air surut.
“Saya buat tenda sendiri habis Rp400 ribu, soalnya masih pakai terpal lama,” katanya.

Tak hanya kekurangan logistik makanan, pelayanan kesehatan di Jalan Katalaya juga tidak sampai 24 jam. Sementara warga setempat berharap pemerintah menyediakan posko kesehatan di Dusun Krajan A RT 05 RW 02. “Sampai sekarang belum ada itu pos kesehatan, harusnya memang diadakan di sini, jadi gak perlu datang ke puskesmas kalau ada yang sakit itu,” kata Nait (40) warga Krajan A.

Di tempat terpisah, Encap (40) warga Dusun Krajan B RT 03 RW 06 mengatakan, dirinya sudah dua hari mengungsi di posko yang disediakan BPBD Kabupaten Karawang di Dusun Tegalasem, Desa Kertasari. Dia mengaku selama tinggal di posko tersebut tidak merasa kekurangan makanan, dan pelayanan kesehatan pun tercukupi. Hanya saja tidak ada toilet untuk buang air besar. “Kalau buat kencing sama mandi bisa di kamar mandi sementara, tapi gak ada wcnya,” katanya.

Sementara Koordinator Dapur Umum Nuke mengatakan, sudah menyediakan 1080 porsi makan pagi untuk tiga desa korban banjir, yakni Desa Rengasdengklok Utara, Rengasdengklok Selatan dan Desa Kertasari. Menurut dia, jumlah porsi makanan yang disediakan berdasarkan data korban banjir dari Pendamping Sosial Masyarakat (PSM) yang terjun langsung ke lapangan. “Kalau untuk makan kita sediakan pagi dan sore aja, kalau makan pagi sekitar jam 8 dan makan sore jam tujuhan (malam),” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button