HEADLINE

Nyandu Rokok Sejak SD
-Asapnya DIbenci, Cukainya Dicintai

KARAWANG, RAKA – Mencari kepulan asap rokok di Kabupaten Karawang tidak sulit. Di jalanan, rumah, hingga toilet sekolah jadi tempat para pecandu mengepulkan asap penyebab kerusakan paru-paru tersebut. Tua, muda bahkan anak-anak banyak yang jadi pecandu. Harga tidak jadi soal, meski terus merangkak naik. Penyakit? Itupun tidak jadi persoalan bagi mereka. Terpenting asap tetap mengepul.
Merokok seolah sudah jadi gaya hidup. Agar terlihat keren dan gagah, sejumlah pelajar sudah menghisap rokok. Jika dicermati, hampir setiap warung atau tempat tongkorongan, ditemukan kumpulan anak pelajar sambil menghisap rokok.
Bahkan hal itu menjadi rutinitas yang dilakukan oleh kalangan pelajar setiap hendak berangkat, istirahat ataupun pulang sekolah. Seperti yang terlihat di area lapangan olahraga Kecamatan Kotabaru, sambil nongkorong, jari mereka menjempit rokok lalu dihisap dengan santainya tidak ada rasa malau ataupun takut. “Habis dari rumah teman, langsung main ke sini,” ucap salah satu siswa SMP negeri yang ada di Kecamatan Kotabaru, yang minta namanya tidak disebutkan kepada Radar Karawang, kemarin.
Ia mengaku, tidak merasa takut merokok di tempat umum, bahkan berani depan orang tua. Beda cerita, jika di sekolah, tentu kalau ketahuan pasti dimarahi oleh guru. “Udah bebas ini di rumah juga, jadi tidak jadi masalah,” akunya.
Pelajar lainnya menambahkan, untuk membeli rokok sangat mudah. Cukup datang ke pedagang, memilih rokok yang disuka, kemudian bayar, dan rokok pun sudah bisa dinikmati. “Uangnya dari uang jajan yang diberikan oleh orangtua,” ungkapnya.
Menurutnya, merokok merupakan gaya hidup yang harus dilakukan oleh kalangan pelajar. Karena bisa terlihat lebih keren dan gagah. “Biar keliatan gaul jadi merokok. Kalau enggak diledekin sama teman disangkanya bencong. Sehari aku habis 3 sampai 6 batang,”ungkapnya.
Salah satu siswa SMP lainnya mengaku, jika ketahuan merokok, bisa kena semprot orang tuanya. Namun, karena ingin terlihat gaul, maka dia merokok, dalam satu hari bisa menghabiskan 6 batang rokok. “Biar kelihatan gaul jadi merokok. Untuk belinya pakai uang yang kasih sama orang tua. Di sini, saya gak takut merokok, saolnya tempatnya jauh dari rumah dan sekolah,” paparnya.
Kecanduan rokok juga dialami Rizal, salah satu siswa SMA di Telukjambe. Menurutnya, dia sudah menjadi perokok sejak ia masih duduk di bangku SD. Awal mulanya karena melihat banyak temannya yang sudah merokok, kemudian ikut-ikutan. Dalam sehari ia hanya menghisap 5 sampai 6 batang rokok. “Ya kalau di rumah gak dibolehin. Kalau lagi kumpul gini aja,” katanya, yang tengah berkumpul sembari menghisap rokok bersama temannya.
Berbeda dengan bocah berinisial D, salah seorang pelajar SMP di Kotabaru. Meski tidak diizinkan oleh orangtuanya, ia mengaku dalam sehari bisa menghabiskan satu bungkus rokok. Terlebih di malam hari pada saat bekerja di salah satu tempat konveksi di sekitar rumahnya. “Sebungkus ya habis. Apalagi kalau malam minggu. Uangnya dari hasil kerja,” ujarnya.
Siswa lainnya menjawab, ketika sudah merasa nyaman dengan kepulan asap rokok, uang jajan yang mereka terima dari orang tua saat ini lebih banyak digunakan untuk membeli rokok. “Mau gak mau harus menyisihkan uang jajan, kalau saya sudah ketagihan, tapi tetap gak sampai sebungkus sehari,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Darda (43) pemilik warung di Kotabaru mengatakan, tidak keberatan jika warumg kopinya tersebut dijadikan tempat anak-anak untuk mengisap rokok. Hanya saja, ia tak mau disalahkan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. “Saya cuma jualan, siapapun mereka yang membeli, ya saya kasih,” ungkapnya.
Ia juga mengaku, pernah sesekali menegur para siswa, namun tak pernah digubris. Ia melakukan ini karena sebenarnya khawatir menjadi bulan-bulanan orang tua ataupun gurunya di sekolah. “Mereka malah menjawab seenaknya, dan yang penting saya bayar,” pungkasnya sambil memeragakan. (psn/mra)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button