RadarKarawang.id – Orangtua siswa Sekolah Dasar Dawuan Tengah V, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, merasa dipaksa beli LKS dan buku. Namun, pihak sekolah punya alasan tersendiri.
Salah satu orang tua siswa SDN Dawuan Tengah yang enggan menyebutkan namanya mengatakan,
pihak sekolah sudah memaksa para muridnya untuk membeli buku paket dan LKS dengan cara langsung memasukkan buku tersebut ke dalam tas siswa.
“Jadi awalnya si anak disuruh beli buku paket, namun karena buku paketnya belum kunjung datang, maka siswa disuruh membeli buku LKS.
Lalu, setelah buku paketnya ada, si anak tasnya dimasukin buku paket dan disuruh bawa pulang dan harus dibayar sama orangtuanya”, katanya, Kamis (5/12).
Baca juga: Dosen Unsika Buat Metode Belajar Matematika Lewat e-Komik
Disampaikannya, mengetahui hal tersebut sebagai orang tua merasa kaget. Untuk pembelian buku LKS sekitar Rp200 ribu dan buku paket Rp400 ribu dengan total sekitar Rp600 ribu.
Bahkan menurutnya, sekolah juga kerap meminta sumbangan kepada siswa dengan berbagai macam dalih seperti untuk peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan sumbangan lainnya.
“Ada infak rutin setiap satu minggu sekali nominalnya memang tidak besar tapi sifatnya wajib dibayar.
Kalau minggu sekarang gak dibayar maka masuk tagihan minggu depan, jadi dobel.
Terus yang pas peringatan HUT PGRI per siswa diminta Rp 5 ribu wajib bayar juga,” tegasnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi kepada Kepala SDN Dawuan Tengah Ujang Alamsyah mengatakan, sebelumnya pihak sekolah tidak menjual buku paket dan LKS.
Akan tetapi setelah ada permintaan dari orang tua siswa, maka pihak sekolahpun mengadakan buku LKS dan paket untuk di jual kepada siswa.
Tonton juga: Intip Gaji Gus Miftah Selama Jadi Utusan Khusus Presiden
“Saya akui memang sekolah menjual buku paket dan LKS dengan kisaran harga 300 ribuan.
Tergantung buku yang di pilih oleh siswa lengkap atau tidak.
Tapi itu juga kami lakukan karena orang tua siswa yang minta,” katanya.
Dijelaskannya, tidak mungkin ada sekolah yang berani menjual buku paket atau LKS langsung di sekolah,
jika tidak ada permintaan dari para orang tua siswa serta tidak ada rapat dengan seluruh orang tua pula. Karena hal tersebut sudah dilarang oleh pemerintah.
“Sebenarnya kami sifatnya tidak memaksa agar membeli buku paket dan LKS.
Adapun buku yang langsung di masukan ke dalam tas siswa saya tidak mengetahui,
saya akan menanyakan terlebih dahulu ke guru-guru,” ungkapnya.
Menurutnya, bagi anak yang yatim dan keluarga tidak mampu, maka pihaknya sekolah memberikan subsidi dengan pemberian buku paket dan LKS secara gratis.
Di mana pihak sekolah mendatangi rumah siswa untuk memastikan kebenarannya.
“Alhamdulillah ada sekitar 20 anak yatim yang diberikan buku secara gratis, bahkan kami sampai memberikan tas dan seragam untuk mereka,” paparnya.
Disampaikannya, adanya penjualan buku paket dan LKS ini merupakan yang pertama kalinya dan karena ada aduan seperti ini,
maka kedepannya tidak ada lagi penjualan buku di sekolah.
“Di semester berikutnya bulan Januari 2025 saya jamin pihak sekolah tidak akan menjual lagi. Kalau pun ada orang tua yang butuh buku paket atau LKS silahkan cari sendiri di luar,” tutupnya. (zal)