Pasien Covid-19 Bingung Nafkahi Keluarga

TETAP TEGAR: Widana (52) warga Rengasdengklok pasien corona tampak bersemangat di lokasi karantina, namun batinnya menjerit karena belum bisa memberi nafkah keluarga.

RENGASDENGKLOK, RAKA – Seorang kepala keluarga terpapar virus corona, kemudian harus menjalani karantina selama sepuluh hari di salah satu madrasah Dusun Warudoyong Selatan, Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok.

Dia merasa kebingungan lantaran tidak bisa memberi uang sehari-hari untuk keluarganya di rumah. Selama menjalani karantina sepuluh hari, Widana (52) asal Rengasdengklok tidak memiliki aktivitas lain kecuali olahraga, dan ngobrol dengan warga lainnya yang juga di karantina. Dia mengaku tercukupi dengan semua kebutuhan makan selama di madrasah, termasuk obat serta vitamin.

Tidak hanya kebutuhan dirinya, tapi makan untuk keluarga di rumahnya pun terpenuhi, karena selama dia di karantina Satgas Covid-19 Warudoyong Selatan pun menyuplai makanan untuk keluarganya yang di karantina. “Yang saya bingungin itu kasihan keluarga di rumah, soalnya saya gak kerja,” jelasnya kepada Radar Karawang saat ditemui di tempat Karantina.

Widana yang merupakan pekerja serabutan menceritakan, selama di karantina ini selalu memikirkan kondisi keluarganya di rumah, terutama uang jajan untuk cucunya. Karena dia adalah tulang punggung dari anak, istri dan cucunya. “Istri saya cuma ibu rumah tangga, makanya yang kita khawatirkan keluarga di rumah,” ujarnya. Kata Widana, yang memberanikan dirinya untuk di karantina di madrasah ini karena untuk kebaikan warga dan keluarganya di rumah, itu supaya tidak ikut tertular virus corona.

Kemudian dia mengaku gejala awal sebelum dinyatakan postif virus corona, merasa kurang pendengaran. “Gejala awal itu dari telinga sebelah kiri budeg (kurang pendengaran), setelah itu saya tanya ke nakes dan disuruh diswab dulu. Setelah diswab antigen hasilnya postif,” pungkasnya. (mra)