Selamat Jalan Para Syuhada, Musibah Kebakaran di Ponpes Miftahul Khoirot: 8 Santri Meninggal, 2 Luka Bakar
CILAMAYA, RAKA – Kepulan asap tak biasa terlihat dari lantai dua kamar santri Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, sekitar pukul 13.00, Senin (21/2).
Warga yang melihat awalnya tidak berpikir itu adalah asap yang akan berakhir pilu. Selang beberapa menit kemudian, terlihat api, asap semakin membesar, tambah pekat disertai dengan kegaduhan di ponpes yang berdiri 24 Juni tahun 1948 itu. Ponpes tersebut terbakar. Sejumlah santri dewasa menolong puluhan santri anak laki-laki yang sedang istirahat dan tidur siang di bangunan tersebut.
Pengasuh Ponpes Miftahul Khoirot KH Agus Abdullah mengatakan, bangunan yang terbakar merupakan bangunan santri anak putra. Bangunan tersebut dihuni kurang lebih 50 santri. “Kejadian terbakarnya bangunan sekitar pukul 14.00. Kita menduga dari korsleting listrik,” ucapnya kepada Radar Karawang saat ditemui di lokasi kejadian.
Dia menambahkan, saat kejadian, pihaknya dan beberapa santri putri dewasa berusaha menyelamatkan santri yang berada di gedung tersebut. Namun nasib malang dialami oleh delapan anak yang terjebak api. “Pertama 7 santri yang meninggal dan kita bawa ke RSUD, tidak lama kita temukan lagi satu santri putra, namun satu anak yang baru ditemukan ini belum diketahui identitasnya,” tambahnya.
Dari kedelapan santri putra yang menjadi korban merupakan warga Cikampek, Subang dan Cilamaya. Sejauh ini pihak ponpes masih berduka, diperkirakan kegiatan ponpes akan diliburkan selama satu minggu. Sementara itu, warga Desa Sumurgede M Gozali (32) mengungkapkan, pihaknya sempat membantu mengevakuasi jasad bersama pihak kepolisian Karawang. Dia juga membenarkan bahwa jenazah yang diturunkan sebanyak delapan santri laki-laki. Menurutnya, kondisi korban cukup mengkhawatirkan, bahkan beberapa korban kulitnya mengelupas. “Sambil menurunkan jenazah saya juga sambil menangis, tidak tega lihatnya,” ungkapnya.
Menurut pantauan di RSUD Karawang, dua korban di IGD ini mengalami luka bakar di kepala dan kaki. Sementara delapan santri lainnya masuk ruang forensik sekitar pukul 18:00 WIB. Kasi Humas RSUD Karawang Andi mengatakan, dua korban kebakaran yang masuk IGD mengalami luka ringan, karena korban masih dalam keadaan sadar. “Tadi kata pihak IGD, yang dua orang itu mengalami luka bakar katagori luka sedang karena masih sadar,” katanya.
Sementara delapan orang lainnya, Andi menyebut dalam keadaan sudah meninggal dunia, sehingga masuk ke ruang forensik untuk dilakukan identifikasi. Kata dia, mereka sampai ke ruang forensik dari pukul 17:30 sampai 18:00. “Total yang masuk ruang forensik itu ada delapan orang,” imbuhnya.
Andi mengatakan belum mengetahui identitas korban yang meninggal dunia, lantaran sesampainya korban di RSUD ini tidak teridentifikasi. “Jadi kita belum memastikan siapa saja nama-nama korbannya,” katanya.
Lebih lanjut kata Andi, korban baru akan bisa dipulangkan ke rumah masing-masing setelah ada informasi dari bagian identifikasi dengan pihak kepolisian.
“Sementara dari dokter forensiknya masih menunggu informasi dari pihak kepolisian,” pungkasnya.
Kapolres Karawang AKBP Aldi Subartono mengatakan, pihaknya masih mendalami peristiwa tersebut. “Kami sebenarnya masih mendalami penyebab kebakaran,” katanya kepada wartawan.
Meski begitu ia menyampaikan, sesuai dengan keterangan dari para santri yang selamat, sebelum terjadi kebakaran sempat ada percikan api dari kipas angin yang berada di salah satu kamar lantai dua pesantren. Percikan api yang bersumber dari colokan kipas angin tersebut kemudian jatuh ke kasur hingga terjadi kebakaran. Ketika itu api sangat cepat menyambar ke kamar lainnya, hingga membakar sebagian bangunan pondok pesantren tersebut. “Itu semua merupakan informasi awal ya. Jadi kebakaran bermula di sebuah kamar lantai pesantren yang banguna nya masih kayu,” ucapnya. (mra/mal)