HEADLINE
Trending

Jangan Asal Sembelih Hewan Kurban

Harus Sehat dan Tidak Cacat

radarkarawang.id – Menjelang Hari Raya Idul Adha, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Karawang, KH. Tajudin Nur, mengingatkan masyarakat untuk lebih teliti dalam memilih hewan kurban dan memahami tata cara berkurban yang sesuai syariat.

Menurutnya, salah satu syarat utama hewan kurban adalah sehat dan tidak cacat.
“Hewan yang buta, pincang, tanduknya rusak, atau terkena penyakit mulut dan kuku tidak layak untuk dijadikan kurban,” jelas KH. Tajudin kepada Radar, Senin (5/5).

Tak hanya soal hewan, beliau juga menyoroti amalan yang sering terlewat oleh calon pekurban.

“Jarang yang tahu bahwa sejak tanggal 1 sampai 10 Dzulhijjah, orang yang berniat berkurban dilarang memotong kuku, mencukur rambut, atau bulu tubuh lainnya. Itu bentuk kesungguhan niat dan empati terhadap hewan yang akan dikurbankan,” ujarnya.

Baca Juga : Akhir Kasus Pencabulan 7 Santriwati

Dalam hal penyembelihan, KH. Tajudin menekankan pentingnya memperlakukan hewan dengan baik.

“Sembelihlah dengan satu tarikan yang tepat. Jangan sampai disembelih berkali-kali hingga hewan merasa tersiksa. Itu bertentangan dengan adab Islam dalam menyembelih,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa waktu terbaik penyembelihan adalah pada 10 Dzulhijjah (Hari Nahar), namun jika diperlukan, boleh dilakukan hingga tanggal 13 untuk menghindari penumpukan dan pemborosan.

Menanggapi maraknya kasus penjualan hewan kurban sakit, KH. Tajudin mengimbau masyarakat membeli hewan hanya dari tempat yang menyediakan surat keterangan kesehatan.

Tonton Juga : MAUNG MV3 WAJIB DIGUNAKAN PEJABAT

“Kalau penjual menyembunyikan penyakit hewan, itu termasuk penipuan. Pemerintah daerah harus aktif melakukan pengawasan di lapangan,” katanya.

Namun, jika masyarakat sudah terlanjur membeli hewan sakit tanpa mengetahui kondisinya, kurban tersebut tetap sah.

“Dagingnya masih boleh dimakan selama tidak ada bagian tubuh yang berbahaya. Yang dilarang dikonsumsi biasanya hanya hati dan limpa jika memang terbukti terinfeksi,” tambahnya.

KH. Tajudin menutup pesannya dengan ajakan agar masyarakat tidak sekadar menjalankan ritual, tapi juga memperhatikan etika dan ketentuan agama dalam berkurban.

“Berkurban bukan hanya soal menyembelih, tapi juga soal niat, kepedulian, dan kejujuran,” pungkasnya.(uty)

Related Articles

Back to top button