GUNAKAN BAN KARET: Tiga orang anak menggunakan ban karet melintasi gerbang SDN Kertasari 1, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, yang terendam, Senin (24/2). Banjir yang melanda kecamatan tersebut, membuat sejumlah sekolah diliburkan hingga air surut.
9.314 Jiwa Mengungsi
KARAWANG, RAKA – Intensitas hujan tinggi yang melanda Karawang beberapa hari ini, menyebabkan benajir di beberapa wilayah kecamatan. Sejak tanggal 20 sampai 24 Februari, titik banjir terus meluas.
Hari Kamis (20/2) lalu banjir hanya melanda tiga kecamatan diantaranya Telukjambe Barat, Rawamerta dan Kutawaluya, namun sampai Senin (24/2) sore kemarin tercatat 12 kecamatan tergenang banjir.
Berdasarkan data sementara dari Pusat Data dan Informasi Bencana (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang hingga pukul 17.00 WIB, kejadian banjir sampai hari Senin (24/2) tersebar di 21 desa di 12 kecamatan. Kecamatan tersebut diantaranya Kutawaluya, Jayakerta, Cilebar, Telukjambe Barat, Rengasdengklok, Tegalwaru, Pangkalan, dan Ciampel. Banjir juga melanda Kecamatan Karawang Timur, Pedes, Karawang Barat, dan Cikampek.
Akibatnya, 22.031 jiwa dari 9.274 kepala keluarga menjadi korban banjir. Dari jumlah tersebut, 9.314 jiwa atau 3.111 kepala keluarga terpaksa mengungsi. Banjir ini juga merendam 490 hektare sawah, satu sekolah, dan tiga rumah ibadah. Adapun ketinggian air berkisar 10 cm sampai 200 cm. Desa Tamanmekar, Kecamatan Pangkalan menjadi daerah banjir dengan kedalaman air paling tinggi.
Sekretaris BPBD Karawang Supriatna mengatakan, terdapat tiga faktor penyebab banjir, salah satunya adalah curah hujan tinggi di wilayah tersebut seperti yang terjadi di Cilebar dan Kutawaluya. Selain itu, tersumbatnya drainase juga menjadi faktor penyebab banjir. “Makanya langkah kita BPBD kontek ke PUPR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang), memonitor situasi, ya minimal diperlancar saluran airnya dengan harapan cepat surut,” ucapnya.
Faktor banjir lainnya adalah syphon yang tersumbat sampah, seperti yang terjadi di Cikampek. “Contoh Kamojing, syphon Cikaranggelam tidak bisa menampung, banyak sampah, ditambah curah hujan yang tinggi,” tuturnya.
Sejauh ini upaya yang telah dilakukan oleh BPBD Karawang untuk penanggulangan banjir adalah evakuasi warga terdampak. BPBD Karawang juga bekerjasama dengan Dinsos Karawang untuk membangun dapur umum. Kemudian bantuan logistik seperti kebutuhan pangan dan selimut juga disalurkan ke setiap titik banjir. “Kita juga koordinasi dengan Danramil untuk membangun tenda pengungsian,” paparnya.
Di sisi lain, masyarakat yang terdampak banjir di wilayah Rengasdengklok mulai terserang bermacam penyakit mulai dari batuk, pilek, dan gatal-gatal. Maryati (40) warga Dusun Krajan A RT 05 RW 02, mengatakan sudah mulai banyak warga yang mengeluhkan penyakitnya kepada bidan setempat. Diantaranya gatal, batuk dan pilek. “Tadi yang berobat lebih dari seratus orang, soalnya bukan cuma dari Dusun Krajan A (Kertasari) saja,” jelas Maryati kepada Radar Karawang, Senin (24/2).
Korban bencana banjir kini masih bertahan menempati pos pengungsian dengan tidur beralaskan tikar, tapi ada juga yang membawa kasur ke dalam pos pengungsian. Kata Maryati, tinggal di tempat pengungsian tentu tidak sama dengan tinggal di rumah, pasalnya lebih dingin dan banyak nyamuk. Bahkan dia menghawatirkan jika ada angin kencang ditambah hujan deras. “Saya cuma takut roboh aja kalau ada angin, soalnya namanya juga tinggal di tenda,” ujarnya.
Encap (40) warga yang tinggal di pengungsian selama dua hari ini mengaku sudah mulai merasa pusing-pusing. “Tadi udah berobat sama ibu bidan, mudah-mudahan aja gak sampai kena penyakit yang aneh-aneh,” katanya. Sementara itu, Humas PJT II Susilo mengatakan, debit air di Bendungan Jatiluhur masih aman. “Debit air masih aman, TMA Bendungan Ir H Djuanda 96,51 mdp,” ujarnya. (cr5/mra/gan)