KARAWANG

Atasi Stunting, Orangtua Bakal Diedukasi Cara Olah Makanan

KARAWANG, RAKA – Program Pos Gizi menjadi langkah dalam mengurangi angka stunting di Karawang, orangtua di berikan edukasi tentang tata cara mengolah makanan yang baik dan benar untuk anak stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Karawang, Nurmala Hasanah menyampaikan, sejak tahun 2022 telah dilakukan program pos gizi untuk mempercepat penurunan angka stunting di Karawang. Pada tahun 2022 terdapat sebanyak 6 titik locus stunting. Program ini akan tetap diterapkan pada tahun 2024. “Kita sudah memulai kegiatan pos gizi terintegrasi, sebenarnya ini adalah bagian dari kegiatan pemodelan pentahelix desa kelurahan tangkas untuk percepatan dan penurunan stunting di Kabupaten Karawang. Alhamdulillah di tahun 2022 kita sudah mempunyai 6 locus pemodelan kemudian di tahun 2023 kita sudah replikasi ke locus yang lain. Ada beberapa locus stunting di tahun 2022 masih dilanjutkan di tahun 2023, rencana tahun 2024 ini untuk locus stunting yang baru juga akan kita lakukan replikasi,” ujarnya, Jumat (23/2).
Konsep dari program ini berupa memasak bersama untuk membuat makanan bagi balita yang mengalami stunting. Ia menyebutkan model program ini diberikan kepada 15 sampai 20 orang. Setelah 3 bulan mengikuti model kelas ini telah ada perkembangan pada anak maka diperbolehkan untuk tidak mengikuti kelas kembali. “Bukan hanya kegiatan memasak, banyak sekali kegiatan di dalamnya termasuk edukasi dari OPD lain yang terlibat. Konsepnya kita membuat makanan bersama dan mengedukasi orangtua balita untuk membuat makanan seperti yang kita contohkan, jadi ini sebagai stimulan bagi orangtua untuk memberikan makanan untuk balitanya. Kita buat kelas antara 15 sampai 20 orang, setelah 3 bulan kita evaluasi. Ketika di evaluasi dan ada perkembangan yang baik maka orangtua tidak perlu ikut kelas lagi,” tambahnya.
Sasaran dari program ini tidak hanya bagi balita stunting saja, namun untuk ibu hamil dan remaja. Ia menegaskan untuk ibu hamil lebih difokuskan kepada ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan. Selanjutnya bagi remaja juga difokuskan untuk yang mengalami anemia. Bagi remaja yang menderita anemia maka akan diberikan tablet tambah darah setiap hari. “Kami melihat kalau kita hanya memberikan makanan saja tanpa edukasi belum optimal sehingga kita berikan edukasi supaya mereka juga bisa mandiri. Menyangkut pola asuh bagi anak di rumah. Sasaran di pemodelan ini bukan untuk balita saja tapi untuk ibu hamil dan remaja juga. Kita intervensi ibu hamil yang bermasalah seperti ibu hamil yang anemia, ibu hamil yang kekeruangan energi kronik. Kemudian untuk remaja kita juga membuat kelas, ketika yang bermasalah akan kita berikan edukasi cara makan gizi seimbang, gaya hidup yang baik, minum tablet tambah darah bagi remaja anemia akan kita berikan setiap hari,” imbuhnya.
Program ini tidak mempunyai anggaran khusus. Data diperoleh dari hasil survei di desa yang menjadi titik locus stunting. Berdasarkan data yang diperoleh dinas kesehatan ada sebanyak 4.216 anak stunting di Karawang tahun 2021. Jumlah ini menurun secara siginifikan pada tahun 2022 menjadi 2.697 anak stunting. “Kita tidak ada anggaran khusus untuk pemodelan ini, memulai pemodelan ini dari survei masyarakat desa terkait permasalahan di desa. Kita cari penyebab dari balita menjadi stunting kemudian dikumpulkan datanya dan di musyawarahkan melibatkan semua unsur. Alhamdulillah di tahun 2022 setelah kita gempur di locus yang prevalensinya tinggi sudah ada penurunan siginifikan dari tahun 2021. Di tahun 2021 kita punya 4.216 turun menjadi 2.697 pada tahun 2022,” jelasnya
Salah satu desa yang telah keluar dari locus stunting berada di Kecamatan Kutawaluya. Faktor penyebab stunting berasal dari tidak adanya sarana air bersih. Sebelum memberikan air kepada anak, orangtua perlu memeriksa terlebih dahulu. Ketika air sudah kotor tidak baik untuk kesehatan bagi anak. “Sebenarnya semua tempat sudah berhasil keluar dari locus stunting, kasusnya sudah turun dan sudah ada perbaikan walaupun memang belum keluar semua dari pendeknya. Di Desa Kutagandok Kecamatan Kutawaluya sudah keluar dari locus stunting di tahun 2023. Ketika ditemukan kenaikan berat badan, tinggi badan yang tidak bagus kita akan obati. Ada juga faktor seperti sarana air bersih ada masalah, kita lihat banyak bakteri di sumber air. Kita edukasi juga kepada orangtua untuk dilihat airnya supaya tidak ada penyakit lainnya kepada anak, harus evaluasi setiap bulan,” lanjutnya.
Anak yang mengalami Gerakan Tutup Mulut (GTM) pun dapat menyebabkan anak menjadi stunting. Langkah mengatasi dapat dilakukan melalui membuat kreasi olahan makanan. Ia memberikan contoh ikan lele yang dapat diolah menjadi nasi tim dan nugget. Kemudian olahan telur pun dapat di kreasikan menjadi berbagai bentuk. “Kemarin menemukan balita yang sudah harusnya bisa berjalan namun belum bisa berjalan. Orangtua perlu membuat kreasi makanan supaya anak ingin makan seperti membuat telur menjadi bunga. Ada juga CSR yang memberikan ikan lele 1,3 kwintal dan kita bagi menjadi 25 paket per locus tahun 2023 kemarin. Ikan lele ini kita olah dengan berbagai cara, ada yang dibuat nasi tim, nugget,” tutupnya. (nad)

Related Articles

Back to top button