KARAWANG

Dinkes Sebut Puskemas Tirtajaya Sudah Sesuai Prosedur

KARAWANG, RAKA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Karawang menyebut, tindakan tenaga kesehatan di Puskesmas Tirtajaya, dalam menangani persalinan warga Tirtajaya sudah sesuai prosedur. Adapun kematian janinnya, diduga karena eklamsia.
Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga Dinkes Karawang Eneng Sukmayanti menyampaikan, proses analisa itu melibatkan 2 orang dokter ahli Obgyn. Berdasarkan hasil analisa, ditemukan adanya eklamsi yang dialami oleh pasien. Ia menyatakan untuk penyakit eklamsi sering dialami oleh ibu hamil secara tiba-tiba. “Kemarin dari pihak puskesmas dan rumah sakit membuat kronologis, kita juga sudah menganalisa dengan dokter Obgyn. Audit itu karena ini urgent kita hanya menurunkan 2 orang petugas, hanya secara umum dulu belum sampai detail. Kalau hasil dari dokter ahli Obgyn sudah sesuai. Ini penyakitnya ke arah eklamsia, jadi kelainan kehamilan yang menyerang secara tiba-tiba tapi bisa dicegah sebelumnya kalau rajin melakukan pemeriksaan. Saya belum sampai wawancara ke pasiennya, semua informasi sudah ada di buku KIA,” ujarnya, Kamis (18/7).
Ia mengatakan tindakan yang diberikan oleh dokter di puskesmas tersebut telah sesuai dengan prosedur. Telah dilakukan observasi oleh tim puskesmas ketika pasien datang. Ketika pasien datang ke puskesmas tidak mengalami keluhan apapun, namun saat dilakukan pemeriksaan ulang ternyata denyut jantung janin telah melemah. Hal itu diakibatkan oleh adanya pelepasan plasenta janin ketika di dalam rahim akibat penyakit hipertensi yang di derita dari ibu janin. “Tindakan dokter umum sudah benar diobservasi, karena tidak ada tanda bahaya prosedurnya tidak boleh di infus sebenarnya. Karena datang ke puskesmas kondisinya normal dan belum ada pembukaan, tapi saat diperiksa lagi Denyut Jantung Janin (DJJ) nya melemah akhirnya mengambil tindakan langsung memberikan rujukan ke rumah sakit Hastin. Langsung dibawa dengan diberikan infus. Ternyata di USG di Rumah Sakit Hastin itu ada pelepasan bali yang terdapat di plasenta. Plasenta itu sumber makanan untuk bayi. Lepas itu memang ada kelainan dari ibunya, makanya ada gawat janin karena sumber makanannya tidak ada. Faktornya karena hipertensi yang tidak terdiagnosa. Kalau tidak cepat dirujuk, nyawa ibunya juga bisa tidak tertolong,” terangnya.
Ia menambahkan, pada pukul 18.00 dilakukan pemeriksaan oleh petugas dan kondisi janin dalam kondisi melemah. Kemudian setelah 10 menit diperiksa kembali, namun kondisi DJJ di angka 105. Setelah itu dokter langsung menghubungi pihak rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pasien baru dirujuk ke rumah sakit pukul 19.00. “Dirujuknya jam 19.00 sampai rumah sakit jam 20.00. Jam 16.00 sudah ada pembukaan 3. Jam 18.00 DJJ nya sudah melemah dan langsung diambil tindakan dengan memberikan rujukan ke rumah sakit. Di jam 18.10 diperiksa ulang lagi DJJ nya 105 tapi dokternya langsung menelpon rumah sakit Hastin untuk persiapan. Lalu di jam 19.00 sudah di rujuk sambil dipasang infus sampai di pasang oksigen untuk membantu kondisi janin,” tambahnya.
Setelah adanya hal tersebut, ia menyampaikan akan melakukan pembinaan kembali untuk semua puskesmas. Ia mengaku program yang telah ada tidak dapat ditangkap oleh masyarakat secara benar. “Dari dinas kesehatan akan melakukan pembinaan lagi ke posyandu. Kendala di daerah sana itu masyarakatnya sulit untuk dirujuk dan menunggu kedatangan keluarga dahulu. Ibu hamil harus mempelajari dan membaca informasi yang ada di KIA. Itu menjadi tugas dari kita untuk memberikan informasi ke masyarakat kalau hamil harus di rencanakan, sehat, di screening, rajin diperiksakan. Program kita sudah bagus tapi tidak sampai ke lapangan akhirnya salah persepsi,” tutupnya. (nad)

Related Articles

Back to top button