KARAWANG

Hidup Pedih di Tanggul Citarum

KARAWANG, RAKA – Hidup di dekat tanggul Sungai Citarum penuh tantangan. Jika hujan deras berhari-hari, itu tandanya siap-siap dilanda banjir. Kalau kemarau, asap pembakaran sampah menusuk hidung. Sedangkan bagi peternak ayam, tantangannya juga banyak. Hilang dicuri orang, atau dimangsa garangan.

Itu yang sering dialami oleh Umar (47) buruh tani Kampung Wanajaya, Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok, khawatir dengan adanya hewan yang memangsa ayam peliharannya. Bahkan bukan hanya peliharaannya saja yang jadi korban, ayam milik tetangganya pun mengalami hal serupa. “Masih seueur ganggarangan, anu ngadahar hayam, sapoe teh sok ya weh (masih banyak hewan garangan yang makan ayam, sehari suka ada aja yang dimakan),” jelasnya kepada Radar Karawang, Jumat (22/3).

Umar mengaku hewan pemakan ayam masih banyak di perkampungannya dan sudah menjadi hal yang tidak aneh lagi. Berbagai cara sudah dilakukan untuk mengantisipasi, namum masih saja ada hewan pemangsa ayam milik warga itu. “Kadang-kadang sok nyentreg pake hayam (terkadang suka menjebak garangan pakai ayam),” pungkasnya.

Di sisi lain, kata Umar, warga di dekat tanggul selalu kebanjiran jika hujan turun dengan deras. Tapi tidak tahun ini. “Tahun lalu banjir. Alhamdulillah tahun sekarang belum banjir,” tuturnya.

Berbeda dengan penggembala domba, Rena (52) warga Kampung Bentengjaya, Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Tanjungmekar, dirinya resah, karena masih banyak warga yang membuang sampah di bantaran Sungai Citarum. “Anu Imah tareubih masih miceunan wae, ngan ari imah nu deuket mah sok dibareuleum sampah teh (yang rumahnya jauh masih aja membuang sampah, tapi yang deket Citarum itu suka dibakar sampahnya),” jelasnya kepada Radar Karawang saat ditemui di pinggir Sungai Citarum.

Ia melanjutkan, walaupun di pinggir Sungai Citarum sudah diberikan tanda peringatan oleh aparat setempat agar tidak membuang sampah, namun masih banyak warga yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut. “Tinggal anggeur tuda sok sanajan dibere plang oge (tidak ngaruh juga, walaupun udah dikasih plang juga),” katanya.

Disamping itu, Rena menyampaikan janji pemerintah yang pernah dia dengar di televisi, kalau air Citarum bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Namun harapan yang didambakan kini belum terasakan juga. “Sok di TV mah opat tahun deui Citarum bersih, tapi tinggal angger weh (kata di TV itu empat tahun lagi air Citarum bakal bersih, tapi tidak ada perubahan),” jelasnya.

Sejak Rena masih muda, perbedaan suasana di pinggiran Sungai Citarum yang masih indah dibanding sekarang ini. Sayangnya sekarang Citarum tidak ada yang mengurus, berbeda dengan semasa dia masih muda. “Keur baheula mah Citarum teh aya nu ngoredna, teu bala kos kiyeu (Dulu Citarum itu ada yang bersihin, tidak bala seperti sekarang),” katanya.

Saat ini kondisi pinggiran Citarum di Kampung Bentengjaya, tidak lagi ada perhatian dari pemerintah, sehingga rumput liar menjalar sampai permukiman warga. “Kuduna mah aya deui ti pamarentah, sistemna lamun digaji mah panan bararesih (seharusnya ada lagi pemerintah yang gaji, kalau digaji pasti bersih lagi),” katanya. (cr4)

Related Articles

Back to top button