HEADLINEKARAWANG

Paling Murah Rp2 Juta

MEMILIH SEPEDA: Sejumlah konsumen sedang memilih sepeda di Toko Trijaya.

KARAWANG, RAKA – Tren bersepeda menjadi berkah bagi para penjual sepeda. Meningkatnya animo masyarakat Karawang untuk bersepeda, tentu juga meningkatkan omzet penjualan mereka. Namun permintaan pasar yang tinggi membuat harga sepeda juga kian melambung tinggi. “Naiknya sampai 80 persen bahkan 90 persen dari harga normal. Dari distributornya memang sudah naik,” terang Nurdin (60) pemilik toko sepeda Sukses di Jalan Tuparev, Selasa (14/7).

Nurdin menuturkan, saat isu corona merebak pengunjung tokonya berangsur sepi dan omzet pun menurutn. Terlebih letak tokonya yang berada di pusat kota, dimana aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa tokonya untuk tidak beroperasi. Kondisi seperti ini berlangsung hingga Idul Fitri pada bulan Mei lalu. “Begitu PSBB kan kita orang ditutup jalan, pasar lesu,” tuturnya.

Selepas lebaran, permintaan sepeda dari masyarakat mulai meningkat bahkan cenderung signifikan. Hal ini tak lepas dari anjuran untuk berolahraga keluarga seperti joging dan bersepeda. Ia sendiri mulai kembali buka toko dua hari selepas lebaran, dimana saat itu peningkatan pembeli belum begitu terasa. Barulah di awal Juni masyarakat mulai beramai-ramai membeli sepeda, dan puncaknya pada bulan Juni kemarin dimana penjualan meningkat dua kali lipat.

Memasuki bulan Juli, omzet penjualan sepeda mulai menurun. Hal ini bukan dikarenakan minat masyarakat yang kembali turun, melainkan karena daya beli yang merendah. Dikatakannya masih banyak orang mencari sepeda di tokonya, hanya saja mereka mencari dengan harga di bawah Rp2 juta. Padahal seiring naiknya harga sepeda, rata-rata harga paling rendah pun dibanderol di atas Rp2 juta. “Ada yang masih di bawah Rp2 juta tapi barangnya kosong,” terangnya.

Masih dikatakan Nurdin, tingginya minat masyarakat untuk bersepeda bukan hanya terjadi di Karawang, melainkan skala nasional bahkan juga terjadi di luar negeri. Akibatnya distributor membatasi pasokan sepeda kepada para penjual retail. Produsen sepeda yang notabene dari Tiongkok, tersendat dalam proses impor karena corona juga mempengaruhi terbatasnya sepeda yang bisa dijual oleh retail. “Paling dicari itu MTB sama lipat,” pungkasnya.
Pemilik Toko Trijaya Zakaria mengatakan, penjualan sepada meningkat secara signifikan. Sebab banyak komunitas sepeda bermunculan. “Bulan kemarin pun, saya menjual sepeda sekitar 50 sampai 60 unit,” ujarnya.

Ia menerangkan, untuk model sepada yang paling laris yaitu jenis sepeda gunung. Kalau untuk sepeda biasa, seperti anak-anak jarang ada yang membeli. “Untuk harga sepeda gunung beraneka ragam. Mulai dari Rp2,2 juta sampai Rp3 juta. Bahkan sekarang barang lagi kosong, karena peminat cukup banyak,” terangnya.

Masih dikatakannya, untuk bulan ini sedikit sepi karena sudah banyak yang mempunyai sepada. “Bulan ini paling setengahnya, yang biasanya 60 unit menjadi 30 unit sepeda yang terjual,” tuturnya.

Meski demikian, lelaki yang sudah merintis tokonya selama 20 tahun ini mengaku senang dengan banyaknya komunitas sepeda, karena dapat mempengaruhi penjualan. “Soalnya, kalau banyak yang beli pastinya kita untung besar,” pungkasnya. (din/acu)

Related Articles

Back to top button