EVAKUASI: Anggota Tagana dan polisi mengevakuasi korban banjir.
Tak Lelah Membantu Korban Banjir
KARAWANG, RAKA – Menjadi seorang relawan kebencanaan bukan hal yang mudah, setidaknya mereka harus tangguh di setiap keadaan. Kalau bukan karena rasa kemanusiaan, tanggung jawab yang sedemikian beratnya barangkali akan ditinggalkan.
Salah satu relawan kebencanaan yang beberapa hari ini sibuk bertugas di beberapa titik banjir Karawang berbagi cerita. Ialah Novi Madera (40) warga asli Karanganyar, Kelurahan Nagasari, Kecamatan Karawang Barat. Ia menuturkan, aktif sebagai relawan kebencanaan sejak tahun 2000 silam. Sebelumnya dia sempat aktif di SAR Sagara dan sekarang menjadi anggota Tagana.
Ia menceritakan, masa mudanya saat itu menggeluti dunia musik sebagai penabuh drum. Namun ia merasa kehidupan pribadinya terlalu monoton dan ingin mencari pengalaman baru. Kemudian ia memutuskan untuk mengikuti tim relawan kebencanaan, sampai akhirnya meninggalkan dunia musik pada tahun 2008. “Saya diajak oleh teman, saya belajar dari bencana, nah 2008 saya masuk lah ke Tagana,” tuturnya.
Tentunya banyak kesan yang didapat selama 20 tahun menjadi relawan kebencanaan, salah satunya rasa senang dapat membantu orang lain yang tengah tertimpa musibah. Hal ini pula yang membuatnya masih bertahan untuk aktif sebagai relawan kebencanaan sampai saat ini. Selain itu sebagai pribumi Karawang ia merasa belum tahu betul setiap daerah di kota kelahirannya tersebut. “Jadi relawan sekarang saya tahu kampung A kampung B itu dimana, yang rawan bencana saya tahu dimana saja, kebetulan rekan-rekan relawan di lapangan itu menyenangkan,” ungkapnya.
Novi sedikit menjelaskan, Tagana sendiri merupakan singkatan dari Taruna Siaga Bencana. Tagana ini berada di bawah naungan Kementerian Sosial melaui Dinas Sosial Kabupaten Karawang, di Karawang sendiri Tagana terbentuk 2006 silam. Terdapat lima kecakapan yang mesti dikuasai anggota Tagana, yakni rescue, pengendalian posko penanggulangan bencana, dan bantuan sosial. “Bantuan sosial ini seperti bantuan logistik dan juga buka dapur umum,” terangnya.
Kecakapan lainnya adalah psikososial, dimana anggota Tagana mesti bisa memberikan trauma healing kepada korban pascabencana. Terakhir ada kecakapan tim reaksi cepat yang tugasnya melakukan pendataan korban bencana di lapangan. “Semuanya kita ikuti pelatihan tersebut, semuanya harus bisa,” ujarnya.
Ia berpesan kepada masyarakat untuk bisa lebih peduli terhadap sesama, terutama saat terjadi bencana. Menurutnya banyak hal yang dapat dilakukan jika ingin membantu baik itu secara materil, moril maupun tenaga. “Jangan terlalu fokus memberikan bantuan seperti sandang pangan, banyak hal lain yang bisa kita bantu,” pungkasnya. (cr5)