Sandiwara Suara Cerita Rakyat
Diperankan Mahasiswa Unsika saat KKN
KARAWANG, RAKA – Cerita rakyat tak lepas dari kehidupan dan budaya masyarakat yang turun temurun dikisahkan dari generasi ke generasi. Sejumlah mahasiswa Unsika yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN), melakukan alih wahana cerita rakyat untuk menjaga dan memperkenalkannya kembali terutama kepada generasi muda, tentunya agra cerita rakyat tak luntur dibilas waktu.
Koordinator Tim KKN Cindy Viera Heryningtias (21) menuturkan, timnya yang berjumlah 13 orang mengambil tema alih wahana folklor yang mengangkat dua cerita rakyat asli Karawang menjadi sebuah sandiwara suara. Dalam alih wahana ini, mereka sedikit memodifikasi cerita baik itu tokoh, alur cerita maupun durasinya. “Tapi kita juga tidak menghilangkan esensi ceritanya,” ujarnya.
Cindy mengatakan, sebelumnya setiap anggota tim KKN mencari cerita rakyat Karawang dari masing-masing lingkungan tempat tinggalnya. Pada akhirnya terpilihlah dua cerita yakni kisah Nini Miing dari Desa Karangmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, dan kisah buaya putih yang merupakan salah satu kisah berlatar Sungai Citarum. Dalam penggarapannya mereka bekerjasama dengan GWS Teater Karawang. Karya mereka selanjutnya diunggah menjadi sebuah podcast di Spotify dan Anchor, bahkan mereka juga mengunggahnya di kanal Youtube.
Alih wahana yang diberi sentuhan modern diharapkan membuat generasi muda di Karawang bisa lebih mengenal dan mencintai cerita rakyat. Ia juga berharap para pendengr menyukai karya mereka, dan mengajak teman lainnya untuk ikut mendengarkan. “Harapannya setelah KKN ini berakhir kita tetap dapat membuat karya-karya berikutnya,” ucap gadis yang juga menjadi narator dalam drama suara Nini Miing.
Rina Arci Hasanah (21) yang berperan sebagai Nini Miing mengaku, sebelumnya memang telah aktif dalam kelompok teater, namun bermain sandiwara suara adalah pengalaman pertamanya. Tak ayal ia masih harus banyak belajar, karena sandiwara macam ini benar-benar mengandalkan suara apalagi memerankan sosok Nini Miing yang cukup susah baginya. “Tapi semoga aja pesan yang ingin disampaikan bisa dipahami oleh pendengar,” ujarnya.
Rina juga merasa bangga bisa ikut serta mengangkat cerita rakyat di Karawang menjadi pertunjukan sandiwara suara, terlebih kisah ini berasal dari kampung halamannya. Ia mengikuti prosesnya dari mulai pembuatan naskah, hingga perekaman yang memakan waktu lebih dari 1 bulan. Yang menarik, proses pembuatan sandiwara suara ini sepenuhnya dilakukan secara daring. “Aku tanya ibu, tanya nenek, mereka kan lebih tahu ya, tapi yang aku ajukan ke dosen pebimbing cerita Nini Miing,” ceritanya.
Untuk memerankan sandiwara suara ini, tentunya mereka harus memahami naskah dan mendalami karakter tokohnya dengan teknik reading dalam beberapa kali pertemuan. Uniknya, karena situasi pandemi proses rekaman diakukan secara daring melalu Zoom. “Harapan saya semoga kedepannya lebih banyak lagi karya anak muda Karawang, khususnya komunitas teater yang mengangkat kearifan lokal kota sendiri,” harapnya. (din)