- Diduga Sering Hirup Minyak Pertamina
PEDES, RAKA – Tak hanya berdampak pada lingkungan, kebocoran minyak Pertamina juga diduga mengganggu kesehatan masyarakat yang mengakibatkan sesak napas. Bahkan, harus dirawat di klinik.
Warga yang dekat bibir pantai, tidak bisa menghindar setiap hari harus menghirup aroma tak sedap yang muncul dari ceceran minyak Pertamina di tepi pantai. Akibatnya, warga banyak yang mengeluh masalah kesehatan. Salah satunya Karda, warga Dusun Cemara, Desa Cemarajaya, Minggu (25/08) tengah malam dilarikan ke Klinik Yafi Medika Jalan Pedes-Cibuaya, Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, akibat mengalami sesak napas. Karda mengaku belum pernah mengalami Sesak napas. “Paskakebocoran Pertamina saja, pernapasan saya mulai terganggu,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Minggu.
Menurutnya, bau limbah Pertamina yang mencemari bibir pantai depan rumahnya sangat tercium, bahkan saking baunya seringkali Karda menutup pintu tempat tinggalnya. Karda mengatakan, sudah beberapa kali berobat ke pos kesehatan yang disediakan Pertamina yang berlokasi di Kantor Desa Cemarajaya, namun obat yang diberikan tidak mampu meyembuhkan penyakit yang sedang dialaminya, sehingga Karda harus menjalankan perawatan di salah satu klinik di Kecamatan Pedes. Pihaknya mengaku hanya ada tiga tablet saja obat yang diberikan pihak medis Pertamina, bahkan dirinya pernah diberi resep untuk membeli obat di apotik. “Kurang lebih sudah empat kali berobat di pos kesehatan Pertamina, tapi obatnya itu-itu saja, yang beda itu cuma obat mata saja,” ujarnya.
Karda menambahkan, pos kesehatan di kantor Desa Cemarajaya hanya beroperasi dari jam 8.00 WIB sampai jam 16.00, padahal dari dampak ceceran minyak mentah, banyak masyarakat yang terkena penyakit ISPA bahkan sampai sesak napas. Pihaknya berharap Pertamina agar membuka pos kesehatan 24 jam di kantor Desa Cemarajaya.
“Banyak warga yang berobat ke puskesama atau ke klinik, akibat kurang pelayanan dari pos kesehatan dari Pertamina,” jelasnya.
Saat ini, tambahnya, Karda sedang menunggu hasil laboratorium untuk mengetahui penyakit yang dideritanya saat ini. “Besok hasil lab nya baru ada,” singkatnya.
Wanusuki, pemerhati lingkungan mengatakan, sudah ada beberapa warga yang mengeluhkan pelayanan yang kurang maksimal dari medis yang disediakan Pertamina, diantaranya Karda warga Desa Cemarajaya. Pihaknya mengaku semua penyakit yang dikeluhkan diberikan obat yang sama oleh pihak medis dari Pertamina. “Walaupun standby 24 jam, tapi penangananya hanya sebatas keluhannya itu penyakitnya itu, sama juga obatnya, jadi obatnya itu kebanyakan vitamin,” katanya.
Wanusuki meminta Pertamina memprioritaskan soal kesehatan warga yang terdampak limbah B3. “Pertamina harus seimbang untuk kesehatan masyarakatnya, karena ini sudah banyak keluhan-keluhan,” pungkasnya.
Sementara itu, ketika didatangi ke Klinik Yafi Medika, pihak dokter yang menangani Karda tidak ada di lokasi. Begitupun mengenai keluhan soal Pertamina, Muhammad Taufik petugas Informasi dan Pengaduan dari pertamina di Desa Cemarajaya belum bisa dikonfirmasi hingga berita ini ditulis. (cr4)