KARAWANG

Yayasan Al Istighfar Didik Anak Yatim Piatu dan Dhuafa

KARAWANG, RAKA – Yayasan Al Istighfar terus berupaya menyediakan pendidikan gratis bagi anak yatim, piatu dan dhuafa di Desa Kedawung, Kecamatan Lemahabang Wadas. Saat ini, yayasan tengah berupaya membebaskan lahan.
Ketua Yayasan Al Istighfar Maman Faturahman menyampaikan, di tahun 2013 yayasan ini baru mempunyai dokumen legalitas. Sejak 2 tahun lalu, yayasan ini pun telah menyediakan pembelajaran dengan sistem paket. Semua pembelajaran tersebut tidak dikenakan biaya apapun. “Awalnya kami dari kelompok anak muda organisasi remaja masjid Trisula tahun 1993. Kita bersama dengan semua teman-teman patungan membeli lahan ini, alhamdulillah pada tahun 2010 kita membangun yayasan. Pada tahun 2013 kita melegalitaskan yayasan sampai kita mendirikan lembaga pendidikan. Sejak awal sampai sekarang kita memberikan pendidikan gratis. Sudah 2 tahun berjalan ini kami membuka PKBM dan berfokus ke tingkat pendidikan paket kesetaraan gratis,” ujarnya, Selasa (26/3).
Dana yang digunakan untuk pendidikan bagi semua siswa berasal dari zakat profesi. Siswa di Yayasan Al Istighfar pun telah mempunyai ijazah secara resmi dan diakui oleh pemerintah. Hal itu sesuai dengan Peraturan Bupati Karawang. “Sumber dana kami juga selama ini tidak punya donatur tetap, tapi yang kami bangun dari awal itu dari zakat profesi untuk biaya pendidikan yayasan. Dari 2013 sudah ada 12 angkatan yang lulus. Ijazahnya juga sudah ada, untuk melanjutkan ke tingkat SMP harus ada ijazah madrasah dan sudah diakui oleh pemerintah untuk legalitas ijazah madrasah,” tambahnya.
Tidak hanya menerima anak di desa sekitar saja, di tempat itu ada siswa yatim sebanyak 40 anak dan dhuafa sebanyak 16 anak. Anak dhuafa ini terdiri dari penyandang disabilitas dan keterbelakangan mental. Meski begitu, ia mengaku belum terdapat guru atau tenaga pendidik khusus bagi mereka. “Sebagian besar dari desa di sini kecuali anak-anak binaan seperti yatim piatu dan dhuafa. Anak-anak binaan kita ambil dari 3 desa. Anak yatim ada 40 dan dhuafanya 16 orang, dari 16 orang ini benar-benar anak yang membutuhkan bantuan dan perhatian karena ada yang mengalami keterbelakangan mental, disabilitas. Kita bina khusus untuk mereka, tapi kita belum ada guru yang menguasai ke arah sana. Tuna netra kita didik dengan hafalan setiap hari melalui pendengaran,” imbuhnya.
Tidak hanya berfokus di bidang pendidikan saja, Maman juga saat ini sedang berfokus untuk pembangunan dan pengembangan gedung. Sekarang ini sedang diupayakan untuk dapat membeli tanah wakaf seluas 1,4 hektare. Rencana ke depan akan di dirikan gedung SMP dan SMA. “Untuk asrama anak telantar dan dhuafa, alhamdulilah sudah 70 persen pembangunan. Kita sedang ada pembebasan lahan tanah wakaf 1,4 hektare dengan harga per meternya 300 ribu. Kalau lelang wakaf ini terbeli, kita akan bangun tingkat pendidikan sampai SMA. SMP Islam dan MAN nya juga akan ada di sini,” lanjutnya.
Meski sedang mengupayakan pembelian tanah wakaf, pihak yayasan telah melakukan renovasi rumah. Setelah proses renovasi selesai rumah itu akan digunakan sebagai asrama bagi siswa pria yang merupakan anak dhuafa dah terlantar. “Ini awalnya lahan kosong, karena ada tanah wakaf akhirnya di beli oleh yayasan. Setelah dibeli kita gunakan sebagai rumah tenaga pengajar selama 4 tahun, kemudian setelah beliau pindah sempat kosong juga selama beberapa bulan dan akhirnya sekarang kita renovasi. Total anggarannya 50 juta, kalau target penyelesaian renovasi tidak ada. Saat ada uang maka kita lanjutkan, rencananya untuk asrama anak pria dengan kapasitas 20 orang kalau tidak sistem kamar,” tutupnya. (nad)

Related Articles

Back to top button