
KARAWANG,RAKA– Pemerintah Kabupaten Karawang terus berkomitmen dalam upaya menekan angka stunting dan masalah gizi lainnya.
Berdasarkan data terakhir yang dihimpun pada Agustus 2024, angka stunting di Karawang tercatat sebesar 1,8 persen, wasting 1,8 persen, dan underweight 3,5 persen.
Meskipun terdapat penurunan dalam beberapa indikator gizi dibanding tahun sebelumnya, angka underweight mengalami kenaikan.
“Underweight ini adalah kondisi kekurangan berat badan, dan ini tentu termasuk masalah kesehatan yang harus segera ditangani,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Karawang, Endang Suryadi saat diwawancara, Rabu (26/2).
Endang menegaskan bahwa upaya penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan satu instansi, tetapi harus melibatkan berbagai sektor, baik pemerintah maupun swasta.
“Perlu fokus dan kerja sama lintas sektor, tidak cukup hanya Dinas Kesehatan, DPPKB, atau Bappeda saja. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bersama-sama dalam upaya ini,” katanya.
Selain penanganan, aspek pencegahan juga menjadi perhatian utama agar kasus stunting tidak terus berulang.
Sasaran utama pencegahan stunting mencakup lima kelompok, yaitu, remaja putri, yang perlu diberikan edukasi gizi dan kesehatan sejak dini.
Calon pengantin, yang harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah. Ibu hamil, yang memerlukan asupan gizi seimbang agar janinnya tumbuh sehat.
Ibu menyusui, yang perlu diberikan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif. Anak usia 0–59 bulan, yang harus dipantau pertumbuhan dan perkembangannya secara berkala.
Endang juga menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pihak, seperti Departemen Agama dalam memberikan edukasi kepada calon pengantin, serta Dinas Pendidikan dalam membimbing remaja putri di sekolah-sekolah.
“Kolaborasi ini sangat penting agar sasaran pencegahan stunting dapat lebih efektif,” ujarnya.
Meskipun program penanganan stunting terus berjalan, data menunjukkan bahwa angka stunting di Karawang mengalami peningkatan dari 14 persen pada 2022 menjadi 17,1 persen pada 2023.
Namun, secara keseluruhan, Provinsi Jawa Barat berhasil menurunkan angka stunting sebesar 2 persen.
“Mudah-mudahan Karawang juga bisa mengikuti tren positif ini. Kami berharap pada 2024 angka stunting bisa turun menjadi sekitar 15 persen dengan strategi yang telah diterapkan,” ungkap Endang.
Dalam hal anggaran, ia mengakui bahwa pendanaan yang tersedia masih bisa dioptomalkan. Namun, pihaknya tetap berusaha memanfaatkan dana yang ada secara optimal melalui berbagai program yang tersebar di berbagai dinas terkait.
“Kalau disebut mencukupi, ya di cukup-cukupi. Karena anggaran memang harus dibagi untuk banyak kebutuhan. Kalau memang kurang, seharusnya ditambah lagi. Tapi yang terpenting, semua pihak harus bergerak bersama menangani stunting,” jelasnya.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam program penanganan stunting cukup tinggi. Salah satu indikatornya adalah capaian bulan penimbangan balita yang mencapai 99,78 persen di akhir tahun.
Baca Juga : Selama Ramadan Kuliner Malam Buka Jumat Hingga Minggu
Muhammad Haidir Ali, Technical Assistant TPPS Provinsi Jawa Barat, menilai bahwa Karawang telah menunjukkan progres yang baik dalam pengumpulan data terkait stunting.
“Dari sisi pencapaian input data, Karawang cukup baik. Per Januari 2024, Karawang mencatatkan pencapaian 93,33 persen, lebih tinggi dibanding rata-rata Jawa Barat yang berada di angka 83,21 persen,” jelasnya.
Namun, ia juga menyoroti pentingnya sinkronisasi antara perencanaan dan pelaksanaan aksi di lapangan agar hasil yang dicapai bisa lebih optimal.
“Kendalanya adalah perencanaan dan pelaksanaan aksi yang masih belum sepenuhnya sinkron. Selain itu, sumber daya manusia juga menjadi tantangan tersendiri,” tambahnya.(cr1)
RAPAT: Sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karawang sedang rapat membahas upaya menekan angka stunting dan gizi di Aula Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Rabu (26/2).