Karawang

Objek Cagar Budaya Belum Terjamah Semua

RadarKarawang.id – Objek cagar budaya di Kabupaten Karawang belum semuanya terjamah.

Meski demikian, upaya pelestarian sejarah di Kabupaten Karawang mulai menunjukkan hasil. Dua tahun, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Karawang tetapkan enam objek, cagar budaya.

Namun, menurut Ketua TACB Karawang, Obar Subarja, jumlah itu masih jauh dari harapan. “Selama dua tahun ini, baru enam objek yang resmi jadi cagar budaya, padahal masih banyak yang belum terjamah,” ungkap Obar, saat ditemui di sela-sela kegiatan survei lapangan, Rabu (16/4).

Enam objek tersebut mencakup berbagai kategori, mulai dari peninggalan sejarah kuno hingga bangunan era kolonial.

Salah satunya adalah Candi Lanang yang berada di Cibuaya, peninggalan penting dari masa Hindu-Buddha di Tanah Karawang. Lalu, ada pula situs megalitikum di Bojongmangu, Kecamatan Tegalwaru, yang menyimpan jejak prasejarah wilayah tersebut.

Objek lain yang ditetapkan adalah makam Tubagus Jabin di Desa Cikampek Pusaka, tokoh yang dianggap berjasa oleh masyarakat setempat.

Baca juga: Uji Kompetensi ASN Bukan Sekadar Formalitas

Selain itu, kompleks Monumen dan Pemakaman Rawagede juga termasuk dalam daftar, sebagai pengingat peristiwa kelam agresi militer Belanda yang menewaskan ratusan warga sipil.

Menariknya, dua sekolah peninggalan Belanda juga diusulkan menjadi cagar budaya, yaitu SDN Pisangsambo 1 di Kecamatan Tirtajaya dan SD Tanjungpakis 1 (dulu dikenal sebagai SD Kedaung) di Kecamatan Pakisjaya.

Kedua sekolah ini merupakan warisan dari politik etis Belanda pada masa kolonial, ketika sekolah rakyat (Volkschool) tiga tahun didirikan di tiap distrik.

“SD Pisangsambo itu didirikan tahun 1932, dan bangunannya masih asli. Tapi kalau mau direhab, tidak bisa sembarangan, harus sesuai kaidah pelestarian,” ujar Obar menegaskan pentingnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah.

Selain itu, ada Eks Kewedanaan Rengasdengklok, Situs Lemah Duhur, dan Maqom Raden Anom di Bojongmangu juga telah ditetapkan objek cagar budaya secara resmi.

Dengan keterbatasan sumber daya dan waktu, Obar berharap dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah dan masyarakat, agar kekayaan sejarah Karawang tidak hilang ditelan zaman.

Tonton juga: Hyme Kopassus Ternyata Diciptakan Titiek Puspa

“Cagar budaya ini bukan cuma soal benda kuno, tapi juga identitas dan jati diri daerah. Kalau kita tidak peduli, siapa lagi?” pungkasnya. (uty)

Related Articles

Back to top button