HEADLINE
Trending

Ratusan Petani Rayakan Tradisi Babarit

KARAWANG, RAKA – Ratusan petani merayakan syukuran hasil panen melalui acara tradisi adat sunda atau yang dikenal dengan istilah babarit.

Acara itu sebagai wujud rasa syukur para petani atas hasil bumi. Babarit biasanya diselenggarakan setiap tahun sekali.

BAca Juga : Terpeleset Saat Mancing Ikan, Rahmat Tenggelam di Danau Alit

Kali ini kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Mekarjaya, Desa Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta, Karawang, melaksanakan acara ritual babarit di pinggir saluran irigasi di tengah-tengah areal persawahan, Jumat (1/8).

Pada acara itu, turut dihidangkan makanan khas tradisi babarit yaitu nasi tumpeng besarta lauk pauknya. Turut hadir dalam acara babarit tersebut aparat desa setempat dan pejabat UPTD Pertanian Jayakerta.

Kepala Desa Kampungsawah Dede Sunarya mengatakan, babarit merupakan budaya masyarakat sunda yang sudah jarang diselenggarakan. Babarit sendiri merupakan rasa syukur dan memohon keberkahan dari Tuhan yang diselenggarakan satu tahun sekali oleh para petani.

Rasa syukur atas kelimpahan rezeki pada tahun kemarin dengan simbolis berbagai makanan yang tersedia seperti tumpeng dan lainnya. Dan memohon keberkahan untuk tahun depan dengan berdoa dan melantunkan ayat suci al quran.

Tonton Juga : EDI SOUND, RELA TAK TIDUR SEMINGGU

“Alhamdulilah antusiasme petani terus meningkat baik lewat shadaqahnya berupa beras, ayam maupun hadir dalam kegiatan,” katanya, Jumat (1/8).

Ketua Gapoktan Mekarjaya Arip Munawar menyebut babarit di Desa Kampungsawah baru dilaksanakan lagi pada tahun 2024 setelah terjadinya gagal panen selama 3 musim berturut-turut yang diakibatkan kekeringan serta hama penggerek batang.

Pada puncak serangan hama penggerek batang pada tahun 2023 musim tanam kedua, petani Desa Kampungsawah banyak yang gagal panen dan rata-rata panen turun lebih dari 25%.

“Siklus penggerek batang padi atau sundep memang belum bisa kita tangani secara maksimal, tapi dengan pola tanam serempak dapat mengurangi serangan” kata Arip.

Lebih lanjut Arip mengatakan tahun 2025 di musim tanam pertama ini panen di Desa Kampungsawah dapat meningkat 7% – 39% dengan harga yang berada di atas HPP Pemerintah.

Permasalahan pertanian di Desa Kampungsawah memang sangat komplek, mulai dari pendangkalan saluran irigasi, banyaknya sampah di saluran irigasi, sampah yang menumpuk di persawahan menjadi tempat tikus berkembang biak, sampai kepada alsintan (alat mesin pertanian) yang masih terbatas.

Menurut Arip, pertanian di desanya memiliki lebih dari 21 kilometer irigasi tersier dan 5 kilometer irigasi sekunder yang berasal dari 4 pintu air di irigasi primer. Kebanyakan fasilitas irigasi tersebut sudah mengalami kerusakan walaupun oleh petani dan kepala desa sering diperbaiki.

“Sampah yang menumpuk di saluran tersier maupun sekunder itu menjadi habitat tikus yang setiap musim harus dibasmi oleh Petani” katanya.

Gapoktan Mekarjaya Desa Kampungsawah juga belum maksimal dalam mekanisasi pertanian, kendalanya adalah keterbatasan alsintan serta kurangnya sumber daya manusia.

“Tahun 2024 ada 21 unit traktor, tapi pada tahun 2025 hanya 19 unit karena ada pencurian traktor di wilayah kami,” ujar Arip.

Kekurangan traktor ini mengakibatkan lambatnya dalam pengolahan lahan pertanian di Desa Kampungsawah sehingga menghambat dalam mengawali musim tanam. Arip berharap ada bantuan dalam mekanisasi pertanian ini baik dari Dinas maupun Kementerian Pertanian.

Menurutnya dengan banyaknya Petani generasi Milenial di Desa Kampungsawah sehingga dapat diajari dalam mekanisasi pertanian ini.

“Dengan segala keterbatasannya, Petani Desa Kampungsawah dapat memberikan kontribusi nyata bagi bangsa melalui panen yang berlimpah,” pungkas Arip. (mra)

Related Articles

Back to top button