Purwakarta
Trending

Faktor Geologi Jadi Penyebab Pergerakan Tanah

PURWAKARTA, RAKA – Tim Tanggap Darurat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap penyebab sementara serta langkah penanganan bencana pergerakan tanah yang melanda Kampung Cigintung dan Sukamulya, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.

Penyebabnya lebih didominasi oleh faktor geologi, dimana ditemukan lapisan bawah pada tanah tersebut lebih dominan batuan lempung. Diketahui, bencana pergerakan tanah ini merusak sedikitnya 72 bangunan dan 249 warga terdampak.

Baca Juga : Sopir Angkot Ciganea Tewas di Dalam Mobil

Ketua Tim Tanggap Darurat PVMBG, Iqbal Eras Putra mengatakan pemetaan area terdampak telah dilakukan melalui pemantauan drone dan observasi langsung di lapangan.

Ia mengatakan, batas-batas kawasan rawan kini telah ditandai dan tengah diproses lebih lanjut untuk menentukan daerah relokasi.

“Untuk sementara, hasil pemeriksaan kami menunjukkan bahwa penyebab utama pergerakan tanah ini adalah faktor geologi. Permukaan tanah terdiri dari material lepas yang poros, sedangkan di bawahnya terdapat lapisan batu lempung yang kedap air dan licin seperti sabun bila basah,” ucap Iqbal saat ditemui di Kantor Desa Pasirmunjul, Senin (16/6).

Tonton Juga : ELVIS TARUNI, BUPATI PUNCAK PAPUA NIKAHI EMPAT WANITA

Iqbal menuturkan, kondisi geologis tersebut menyebabkan lapisan tanah di atas batu lempung menjadi labil, terlebih saat jenuh air akibat hujan berkepanjangan.

Saat ditanya mengenai kemungkinan kesalahan manusia atau pengaruh aktivitas lain seperti getaran dari tol terdekat, Iqbal menyebut hal itu masih perlu ditelusuri lebih jauh.

“Kalau human error seperti perubahan tata guna lahan, itu butuh penelusuran historis. Tapi sejauh ini, faktor geologi lebih dominan. Sementara untuk getaran dari jalan tol, tidak ada pengaruh signifikan karena lokasi dan arah pergerakan tanah berbeda,” ujarnya.

Iqbal menyebutkan, pihaknya juga tidak menemukan indikasi adanya patahan aktif di wilayah tersebut, meski struktur batu lempung menunjukkan pola-pola umum retakan yang lazim ditemukan pada jenis batuan tersebut.

Dalam proses investigasi, ia mengatakan, tim PVMBG menggunakan berbagai metode termasuk pemetaan udara dengan drone, pengecekan morfologi, serta penggalian ringan untuk melihat lapisan bawah permukaan.

“Kami menemukan bahwa lapisan bawahnya bukan tanah biasa, melainkan batu lempung. Ini memperkuat dugaan bahwa faktor geologi sangat berpengaruh pada kejadian ini,” kata Iqbal.

Mengenai keselamatan warga, pihak PVMBG merekomendasikan pengungsian sementara hingga kondisi dinyatakan stabil. Beberapa rumah memang masih berdiri, namun, lanjut dia, dikhawatirkan pergerakan susulan bisa terjadi, terutama saat malam hari.

“Kami menyarankan warga tidak menempati rumah pada malam hari untuk sementara. Terlebih kondisi gawir atau tebing retakan kini sudah terlihat jelas dan berpotensi longsor kembali,” ucapnya.

Soal luas area yang harus direlokasi, Iqbal mengatakan masih menunggu hasil pemrosesan data lebih lanjut. Saat ini tim baru melakukan pemetaan titik secara terestrial dengan GPS, yang selanjutnya akan diolah menjadi batas zona risiko. (yat)

Related Articles

Back to top button