
KARAWANG, RAKA – Mahasiswa Doktoral Universitas Pendidikan Indonesia mengajukan desain model aplikasi interaktif dengan tujuan mempermudah tim pendamping dalam memberikan pendampingan kepada calon pengantin.
Eneng Solihah, Mahasiswa Doktoral Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan melalui aplikasi tersebut pun dapat mempermudah proses deteksi calon pengantin
“Saya mengajukan desain model penguatan kompetensi pendamping calon pengantin berbasis aplikasi interaktif untuk pencegahan stunting karena mengingat kejadian stunting menjadi permasalahan global. Mereka memberikan pendampingan kepada calon pengantin agar bisa di deteksi dan di tata laksana serta meningkatkan kompetensi dari tim pendamping,” ujarnya Senin (7/10).
Ia menjelaskan pendampingan kepada calon pengantin wajib dilakukan selama 3 bulan sebelum pernikahan terselenggara. Ketika melakukan survey di lapangan ditemukan masih banyak ditemukan pendampingan yang belum maksimal. Survey dilakukan di Karawang Barat, Klari, Rawamerta. Ditemukan hasil yang sama dari setiap sampel. Meski penanganan stunting di Karawang telah dinilai baik, namun masih diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
“Pendampingannya diberikan 3 bulan sebelum menikah. Data yang ada di lapangan pendampingannya belum maksimal. Saya melihat program penurunan stunting di Karawang sudah sangat baik, tetapi perlu di ingat bukan hanya di suplai dengan berbentuk fisik. Kita perlu mengubah sikap dengan melakukan pemberdayaan dan peningkatan pengetahuan sehingga keterampilan dan sikap menjadi berubah,” jelasnya.
Sementara itu Sofiah, Kepala DPPKB Karawang menegaskan diperlukan adanya pendampingan yang maksimal kepada calon pengantin. Ia mengaku anak stunting muncul dari adanya calon pengantin yang tidak sehat.
“Calon pengantin harus kita maksimalkan, karena anak stunting berawal dari calon pengantin yang kurang sehat. Kami dari DPPKB mengapresiasi adanya hal ini, mudah-mudahan aplikasi yang dibuat bisa di aplikasikan bukan hanya di satu kecamatan,” ungkapnya.
Ia pun mengaku perlu adanya peningkatan penanganan stunting yang lebih serius kembali. Hal ini mengingat adanya kenaikan sebesar 3,1 persen angka stunting di Karawang.
“Penanganan stunting dari kami hanya memberikan pendampingan dari mulai calon pengantin sampai dengan keluarga yang mempunyai baduta dan balita. Naiknya stunting harus evaluasi lagi agar lebih maksimal kembali dalam memberikan pendampingan,” terangnya.
Bagi catin yang belum mendapatkan pendampingan secara maksimal dari TPK, maka akan tetap diberikan pendampingan dari tim penyuluh pernikahan di setiap KUA.
“Kita punya aplikasi Elsimil dari Kementrian Agama menyediakan penyuluh yang dijadikan pendamping keluarga sehingga ada catin yang belum maksimal di dampingi bisa mendapatkan penyuluhan di KUA,” tutupnya.(nad)