Pernikahan Dini Picu Kematian Ibu

KARAWANG, RAKA – Pernikahan dini ternyata memicu tingginya angka kematian anak dan ibu saat melahirkan. Efek negatif lainnya adalah rawan terjadinya generasi stunting dan kemiskinan. Itu diungkapkan oleh Kabid Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak Dinas Perlindungan Perempuan dan Pemberdayaan Anak Hesti Rahayu kepada Radar Karawang, kemarin.
Menurut data yang dimilikinya, dari tahun 2021 hingga 2022 ada kenaikan permintaan dispensasi nikah meski tidak siginifikan. Dia merinci, tahun 2021 ada 123 permintaan dispensasi nikah, sedangkan tahun 2022 tercatat 127 pengajuan dispensasi nikah. “Kenaikan ini disinyalir karena ada perubahan undang-undang, yang awalnya minimal usia nikah bagi perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun, kini minimal usia perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar menghentikan perkawinan anak atau pernikahan dini karena dikhawatirkan ada efek buruk di masa depan. “Pernikahan dini bisa menimbulkan masalah di masa depan, seperti generasi stunting, kemiskinan, kematian anak dan kematian ibu,” ucapnya.
Menurutnya pendekatan keagaman perlu diperkuat, agar tidak terjadi kehamilan di luar nikah. “Undang-undangnya sudah ada, tinggal diperkuat dari pendekatan keagamaan,” tuturnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Radar Karawang, angka kematian ibu setelah melahirkan dari Januari hingga Agustus 2022 sebanyak 29 kasus. Sedangkan angka kematian ibu tahun 2021 sebanyak 117. Kemudian untuk jumlah angka kematian bayi sebanyak 120.
Anggota Komisi IX DPR RI, dr Adang Sudrajat mengatakan, nikah muda berisiko secara kesehatan maupun psikologis keluarga. Secara kesehatan, kata dia nikah yang diikuti kehamilan saat usia muda berpotensi memicu sejumlah masalah kesehatan. Tertutama dipicu akibat belum matangnya organ reproduksi pada perempuan. Secara psikologis, menikah tentu saja menuntut kesiapan mental. “Kalau saya jelas, pernikahan muda harus dihindari,” tegas Adang di hadapan para remaja.
Sebab menurutnya itu akan sangat berkaitan dengan tingkat kematian ibu dan bayi. “Salah satu pemicu tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dari situ, kehamilan pada usia muda,” imbuh dr Adang.
Perempuan belum siap untuk punya anak. Ibunya juga belum siap untuk mengurus anak. “Sampai saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asean lainnya,” bebernya. (mra)