Uncategorized

Sampoerna Gelar Stakeholder Forum untuk Mitigasi Risiko Air di DAS Citarum

Radarkarawang.id- PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) gelar stakeholder forum untuk mitigasi risiko air di DAS Citarum di bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna untuk Indonesia, bekerja sama dengan Yayasan Senyum Untuk Negeri (SUN).

Kegiatan Sharing Session dan Stakeholder Forum bertajuk “Komitmen Bersama Tata Kelola Air untuk Mengatasi Risiko Air di Daerah Aliran Sungan (DAS) Citarum” di Karawang, Senin (16/6) ini, dihadiri berbagai elemen masyarakat.

Forum ini menjadi ajang strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam menjaga kelestarian DAS Citarum sebagai salah satu sumber air terpenting di Indonesia yang menopang kehidupan sekitar 27 juta jiwa di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sungai sepanjang ±297 kilometer ini menyuplai hingga 80% kebutuhan air baku DKI Jakarta dan mengairi lebih dari 240.000 hektare lahan pertanian di Jawa Barat.

Baca juga: SMA/SMK Swasta Terancam Kekurangan Murid

Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Karawang, Satgas Citarum Harum, Water Stewardship Indonesia, Alliance for Water Stewardship (AWS), komunitas Ecoriparian, pengelola kawasan industri Karawang, serta perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar fasilitas produksi Sampoerna.

Kepala Urusan Eksternal Sampoerna, Arief Triastika, menegaskan bahwa program ini telah berjalan sejak 2024 dan terus diperluas untuk mendorong tata kelola air yang berkelanjutan. “Program tata kelola air dapat dimulai dengan langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan air secara bijak dan efisien,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa Sampoerna telah mengadopsi standar Alliance for Water Stewardship (AWS) di seluruh fasilitas produksinya. “Kami menerapkan standar penatalayanan air AWS untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air dan lingkungan melalui kolaborasi antar pihak,” tambahnya.

Dalam sambutannya, Perencana Ahli Muda Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Andri Biantara, menekankan pentingnya peran aktif semua pihak. ”Kegiatan ini mudah-mudahan dapat membawa manfaat khususnya di Karawang, saya ucapkan terimakasih kepada Perusahaan dalam hal ini PT HM Sampoerna, masyarakat, dan Pemda yang berinisiatif melakukan kegiatan yang bergerak di bidang Tata Kelola air, di Jawa Barat. Terdapat contoh implementasi bahwa ini sangat berjalan dengan baik di DAS cicatih sukabumi, dan citarum sumedang. Dimana Perusahaan menjaga hulu dan bekerja sama dari hilirnya sehingga terdapat timbal balik, mudah-mudahan kegiatan ini diberi keberkahan dan dilancarkan, selalu kita harus ingat bahwa menjaga air sama dengan menjaga kehidupan” ujarnya. Ia menegaskan bahwa pemulihan DAS Citarum tidak akan berhasil tanpa keterlibatan aktif dari semua pihak, mulai dari pemerintah hingga pelaku industri.

Tonton juga: PRINCE POETIRAY, PENGISI SUARA FILM JUMBO

Sesi diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari AWS, Agnindhira, yang menjelaskan bahwa penerapan standar AWS merupakan bentuk nyata komitmen industri dalam pengelolaan air yang bertanggung jawab. Standar ini tidak hanya menekankan efisiensi dan kualitas penggunaan air dalam operasional perusahaan, tetapi juga mendorong kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air, khususnya di wilayah kritis seperti DAS Citarum.

Senada dengan itu, Catur Adi Nugroho dari Water Stewardship Indonesia menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam tata kelola air. Ia menyebut bahwa keberhasilan konservasi tidak hanya

bergantung pada kerja sama antarlembaga, tetapi juga pada komitmen individu dan industri. “Meskipun banyak kegiatan konservasi yang dilakukan, jika hanya asal dilakukan tanpa pemetaan dan perlakuan tepat, hasilnya akan kurang maksimal,” jelasnya.

Catur juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis wilayah. DAS Citarum, yang membentang dari hulu di Gunung Wayang hingga hilir di Muara Gembong dan mencakup 13 kabupaten/kota, memerlukan strategi konservasi yang disesuaikan dengan karakteristik lokal masing-masing wilayah. (asy)

Related Articles

Back to top button