Sebulan, 280 Ton Garam

CILAMAYA WETAN, RAKA – Petani tradisional garam di Desa Muara Baru, Kecamatan Cilamaya Wetan mulai berinovasi menuju produksi garam industri. Pasalnya, sebagai produsen garam konsumsi terbesar di Karawang, pihaknya telah menemukan formula yang tepat untuk mencapai hal itu. Salah satunya dengan capaian produktifitas petani yang cukup tinggi.
Ketua Kelompok Petani Garam Desa Muara Baru Suhari mengataka, dengan jangka waktu yang singkat, sekitar 7-14 hari, garam sudah dapat dipanen. Sementara dalam satu kali panen, petani garam mampu menghasilkan sekitar 140 ton. “Dalam satu bulan, kita bisa menghasilkan rata-rata 280 ton garam,” katanya.
Tambak garam yang memiliki luas lahan lebih dari 200 hektare itu memang bukan titik pusat garam nasional. Namun, dengan upaya ini, petani garam Karawang dinilai dapat membantu kebutuhan garam di Indonesia.
Ia mengakui bukan hal yang mudah bagi petani garam di Cilamaya untuk memasok garam industri. Nyatanya, banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi. Selain faktor cuaca, buruknya sarana infrastruktur menjadi salah satu kendala. “Askes jalan masih sulit, ditambah peralatan masih seadanya,” keluhnya.
Kepala Desa Muara Baru Ato Sukanto mengatakan, saat ini pemerintah desa sedang berproses membangun sarana infrastruktur, khususnya bagi petani tambak garam. Hanya saha sedikit terkendala waktu.
Alasannya, dia yang baru menjabat kades hanya menjalankan apa yang telah dilaksanakan pemerintahan sebelumnya. Itu pun tak lepas dari para petani dalam mencari solusi. “Kita sedang berusaha. Dan kami butuh bantuan juga dari dinas terkait,” ujarnya.
Selama ini, lanjut Ato, Desa Muara Baru hanya memproduksi garam mentah yang langsung dijual dengan harga murah. Selanjutnya, pihaknya berencana membangun chanel baru untuk memproduksi garam industri, serta berbentuk produk. “Kita akan produksi garam untuk industri. Selain itu, kita akan pasok garam untuk kebutuhan produsen kecantikan dan kesehatan,” pungkasnya. (rok)