Uncategorized

Tiga Ruangan untuk 6 Kelas

JATISARI, RAKA – Persoalan kurangnya ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar di SMPN 3 Jatisari hingga kini belum teratasi. Pengajuan untuk penambahan ruang kelas baru pun tak kunjung terealisasi.

Sekolah menengah pertama negeri tersebut hanya memiliki 3 ruang kelas untuk digunakan kegiatan belajar mengajar. Bahkan satu ruangan diantaranya harus disekat karena juga dijadikan ruang guru. Informasi yang berhasil dihimpun, kondisi ini sudah berlangsung lama karena sejak tahun 2014 sudah diajukan penambahan ruangan kelas baru. Sayangnya sampai saat ini belum direalisasikan.

Seorang siswa kelas VIII A yang ditemui Radar Karawang, Ari Tirta Suhendar, mengaku kurang nyaman dalam sekolah di sana karena kurangnya ruang kelas. Ia terpaksa harus masuk kelas pukul 13.00 setelah kelas lain pulang. Begitupun untuk melaksanakan salat, ia memanfaatkan musala seadanya yang disediakan pihak sekolah. “Nggak mau sebenarnya masuk siang. Tapi karena kita gak ada lagi kelas ya terpaksa,” ujarnya.

Siswa lainnya, Fetryn Nery Kelana mengungkapkan terkadang dirinya merasa iri dengan temannya yang sekolah di tempat lain dengan fasilitas dan ruang belajar yang memadai. “Pengen banget ruangan kelasnya ditambah, ada perpustakaan, ada lapangan voli yang bagus,” harapnya.
Kepala SMPN 3 Jatisari Enjang Jubaedi mengatakan, pengajuan penambahan ruang kelas baru itu sudah diajukan sejak kepala sekolah sebelumnya. Namun sampai kini belum juga terealisasi. Meski begitu, dia mengaku pekan lalu mendapat kabar dari dinas agar menyiapkan proposal. “Alhamdulillah sudah ada pencerahan untuk mencoba menyiapkan proposal,” ujarnya.

Diakuinya, sekolahnya sudah meluluskan 2 angkatan. Sementara jumlah anak didiknya yang terdaftar saat ini ada 208 orang. “Semuanya ada 6 kelas dibuat 2 shift. Kelas VII A dan B, kelas VIII A dan B, kelas IX A dan B,” katanya.

Terkait kekurangan ruang kelas ini, Kepala Desa Balonggandu Suhana mengatakan, pihak desa sudah berupaya mendorong dengan berbagai cara agar sekolah yang terletak di Perumahan Bumi Cikampek Baru Desa Balonggandu itu mendapatkan perhatian serius. “Itu sudah diajukan dari tahun 2014. Tapi sampai sekarang tidak pernah ada realisasi,” kata Suhana, kepada Radar Karawang.

Ditambahkannya, sekolah tersebut didirikan pada tahun 2013 di atas tanah fasilitas umum Perumahan Bumi Cikampek Baru seluas 16.000 meter. Anggaran untuk membangun gedung pun saat itu dari pengembang dan sudah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. “Luas lahannya 16.000 meter tapi baru digunakan 3000 meter. Karena baru 3 ruang kelas. Jadi kalau tanah masih ada sekitar 13.000 meter,” ujarnya.

Suhana berharap, Pemerintah Kabupaten Karawang bisa segera memberikan bantuan untuk penambahan RKB di sekolah tersebut. Karena dengan adanya penambahan RKB, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut bisa menjadi lebih efektif dan lebih mendekatkan akses masyarakat di Desa Balonggandu untuk menyekolahkan anaknya. “Saya sangat berharap itu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Karena itu menjadi kebutuhan juga bagi masyarakat Desa Balonggandu yang jumlah penduduknya 14.300,” harapnya. (nce)

Related Articles

Back to top button