Uncategorized

Tim Survei Suara Bikin Pede Calon Kades

CILAMAYA KULON, RAKA – Tim survei suara atau yang akrab dikenal cheker dan pejudi pemilihan kepala desa (pilkades), tentu sulit dideteksi siapa dan dari mana sumber dananya. Namun, sejumlah cheker diduga digunakan sejumlah calon kades untuk memetakan strategi raihan suara.

Kasie Trantib Kecamatan Cilamaya Kulon Sandi Hudaya mengatakan, cheker bisa saja digunakan tenaganya oleh oknum calon kades atau pejudi dari luar desa. Karena keberadaannya menjadi satu dari sekian strategi pemenangan pilkades. “Betul, sulit untuk dipercayai, karena survei non ilmiah ini masih dianggap valid karena sifatnya tidak random. Tapi semua data kependudukan satu desa dimilikinya,” ungkap Sandi kepada Radar Karawang, Rabu (24/10) kemarin.

Ia melanjurkan, hal ini menjadi satu agenda Muspika Kecamatan Cilamaya Kulon saat berkeliling silaturahmi lintas calon kades, sekaligus memastikan kondusifitas di desa bisa dijamin dan dijaga stabilitasnya. “Hindari sedini mungkin riak yang dapat memicu perpecahan dan gesekan antarcalon maupun antarpendukungnya. Biarkan para cheker survei, karena tujuan utamanya adalah judi dan yang diuntungkan adalah pejudi,” ujarnya.

Menurut Sandi, suara yang menentukan adalah di tempat pemungutan suara bukan cheker. Karena pesta demokrasi sekaliber pilkades sekalipun, sifatnya adalah bebas, umum dan rahasia. “Orang memilih itu kan rahasia, tergantung di TPS. Cheker sudah punya hasil duluan, jangan terlalu dipercaya. Bisa meleset juga kan, karena yang diuntungkan itu ya pejudinya,” tuturnya.

Calon Kades Sukakerta Kecamatan Cilamaya Wetan Bukhori mengatakan, cheker masuk dalam kategori tim sukses. Sebagai calon kades harus percaya tapi dalam kadar ukuran kepercayaan yang berbeda-beda. “Bisa jadi kalau dipandang dari sisi luar, maka cheker itu bukan tim (sukses). Kecuali hanya sekelompok orang yang ikut aktif menjelang pemilihan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, bisa jadi cheker itu bukan jadi patokan tapi hanya sekadar tolak ukur untuk melihat kekuatan si calon. “Tergantung bagaimana kita memandangnya,” katanya.

Bukhori menambahkan, status cheker juga menurutnya terbagi dua. Ada yang tujuannya memenangkan si calon, tapi ada juga yang murni hanya untuk mengecek. “Jadi kesimpulannya tergantung apa maksud dan tujuan si pengecek tersebut. Karena di sisi lain mereka jelas- jelas punya keahlian dalam hal tersebut,” tuturnya.

Calon Kades Pulosari Kecamatan Telagasari Ami Rasmi mengatakan, dirinya justru percaya pada cheker, karena merupakan bagian dari tim strategi pemenangan. Sedangkan hasilnya jadi patokan dan perbandingan kekuatan pihak lawan. “Kita malahan percaya sama cheker, bahkan dipelihara yang benar dan jelas informasinya. Karena sudah diinfokan selalu update perbandingan suara tim sukses,” katanya.

Calon Kades Lemahmukti Kecamatan Lemahabang Damung mengaku, jauh sebelum memberanikan diri maju menjadi calon kades, pertimbangannya dari salah satu hasil cheker. “Ya percaya gak percaya, kadang hasilnya gak beda jauh sih,” tuturnya.

Calon Kades Lemahabang Rusli Sumawinata mengatakan, cheker adalah kegiatan survei konstituen untuk mengetahui seberapa besar prosentase pemilih yang diduga berpihak, sehingga dapat diperkirakan apakah bisa unggul atau tidak. Adapun metode dan analisa yang dipergunakan masih memakai cara-cara semisal wawancara langsung kepada masyarakat, bahkan dengan teknik penyamaran sederhana. ”

Percaya atau tidak, itu sangat tergantung pada keyakinan calon atas kinerja checker,” katanya. Menurut Rusli, sebaiknya calon kades membangun jaringan informasi internal yang tangguh dan solid. Karena hasil info dari checker bayaran akan sangat tergantung kepada nilai bayaran. “Kadang-kadang mereka sarat kepentingan yang menguntungkan,” katanya. (rud)

Related Articles

Back to top button